Mimpi Pengusaha UMKM, Ingin Batik Saingi Fashion Branded

Antara, Jurnalis
Senin 02 Oktober 2017 14:46 WIB
Ilustrasi (Foto: Okezone)
Share :

BEKASI - Asosiasi Usaha Kecil dan Menengah Indonesia (ISMEA) menilai para pelaku usaha batik saat ini tengah berjuang untuk menyaingi produk 'branded' yang mendominasi pangsa pasar produk fashion nasional.

"Kita masih berjuang untuk membuat batik menjadi suatu kebanggaan masyarakat. Kenyataan sekarang, kita belum bangga dengan batik. Masyarakat lebih bangga pada barang branded sehingga masih perlu kerja keras," kata Ketua Umum ISMEA Rudiatin Endang di Bekasi, Senin (2/1/2017).

 Baca juga: Pembangunan Infrastruktur Pesat, Bekasi Berpotensi Jadi Magnet Pengusaha Batik

Dikatakan Endang, sebanyak 250 lebih pengusaha UKM yang tergabung dalam ISMEA tengah memperjuangkan persaingan bisnis dengan industri fashion branded melalui serangkaian upaya.

Upaya yang dimaksud di antaranya, memperluas jangkauan pemasaran produk, melakukan inovasi produk batik, jaminan ketersediaan bahan baku hingga mengadvokasi anggota dalam memperoleh kemudahan regulasi terkait pemasarannya.

 Baca juga: Mantap! Banjiri Pasar Jepang hingga Amerika, Ekspor Batik RI Tembus USD39 Juta

"Saat ini kita tengah menggandeng pengusaha mal untuk turut serta menyediakan ruang berdagang bagi pelaku UKM batik agar proses pemasarannya lebih luas. Agenda kerja sama dengan mal hari ini merupakan kali kedua kita melibatkan mal untuk memasarkan batik," katanya.

Menurut dia, mal dituntut untuk punya rasa kebersamaan dengan pengusaha UKM untuk tidak hanya memasarkan barang impor dan branded kepada pengunjungnya, namun juga harus ada kepedulian pada keberlangsungan usaha batik nasional.

Baca juga: OKEZONE WEEK-END: Berawal dari Kain Kafan, Pemuda Ini Sukses Berbisnis Batik

"Batik sebagai peninggalan budaya memiliki telah menjadi objek seni, pariwisata dan sejarah yang berpotensi ekonomi," katanya.

Menurut dia, sejauh ini batik belum mencapai taraf kesukaan dan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam berpakaian sehari-hari.

"Sekarang masyarakat baru senang pakai batik karena nyaman, namun belum sampai pada taraf kesukaan dan kebiasaan. Pemerintah harus terus sebar sosialisasi," katanya.

Kendala berikutnya, kata Endang, adalah ketersediaan bahan baku yang masih relatif mahal sehingga berdampak pada harga jual produk batik tulis dan cap di masyarakat yang masih tinggi harganya.

"Batik di acara pameran kali ini, dibanderol mulai dari Rp100 ribu hingga Rp2 juta per buah, tergantung kerumitan motif dan kualitas bahan," katanya.

(Fakhri Rezy)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya