JAKARTA - Pemerintah membutuhkan dana sekira Rp12 triliun untuk mengurangi losses (hasil yang hilang) gabah pascapanen sebagai upaya mencapai target surplus produksi. Dana tersebut akan dialokasikan untuk menekan losses gabah dan beras yang dimulai dari panen, perontokan hingga proses penggilingan.
"Dana itu bukan 100 persen menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi ada peranan masyarakat di dalamnya," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian (Kementan) Haryono di Jakarta, Rabu (23/2/2011).
Follow Berita Okezone di Google News
Menurut Haryono dengan dana Rp12 triliun itu minimal dapat menyelamatkan 15-17 persen atau setara dengan 5 juta-6 juta ton beras per tahun. Jika hal ini dapat dimaksimalkan, maka target surplus produksi sesuai instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebesar 10 juta ton dapat tercapai.
Menurut dia, dana tersebut digunakan untuk pengadaan sejumlah alat pertanian, di antaranya alat pengering dan alat perontok padi saat panen. Pada tahun ini, kata Haryono, pemerintah telah mengalokasikan dana untuk pengadaan 1.000 alat pengering dari total kebutuhan 11 ribu unit.
Dia mengharapkan total kebutuhan alat pengering dapat dipenuhi hingga lima tahun ke depan. "Dengan adanya pengadaan sejumlah alat ini maka losses dapat ditekan," katanya.
Haryono menjelaskan saat ini losses masih tinggi karena 35 persen penggilingan padi di Indonesia masih berskala kecil. Oleh karena itu, katanya, upaya pengadaan sarana dan prasarana paskapanen perlu segera diadakan.Â
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menyatakan dampak perubahan iklim ekstrim di Indonesia masih sangat kecil. "Di Indonesia masih relatif aman," tegasnya.
Dia menjelaskan hujan sepanjang 2010 membuat petani yang bekerja di sawah tadah hujan dapat panen lebih dari satu kali. Selain itu, katanya, luas tanam dan luas panen juga meningkat. Meski demikian, katanya, saat terjadi hujan maka serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) juga meningkat.
Oleh karena itu, ujar Mentan, pemerintah terus mendorong para penyuluh untuk bekerja keras dan menyosialisasikan penanganan penanggulangan OPT kepada petani.
Suswono menyatakan upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk adaptasi perubahan musim adalah mendorong petani untuk melakukan pertanian terintegrasi. Selain itu, katanya, mengupayakan untuk memperluas garapan dengan menggunakan teknik tumpang sari, dan juga trasmigrasi. "Upaya ini kami lakukan karena saat ini lahan pertanian banyak yang terkonversi menjadi peruntukan lain," katanya. (adn)
(rhs)