JAKARTA - Dicopotnya Darwin Zahedy Shaleh dari jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dinilai tepat oleh berbagai pihak. Memang apa sih kesalahan mantan orang nomor satu di ESDM itu, sehingga harus diganti?
Untuk itu, okezone mengumpulkan pendapat dari para pengamat terkait pergantian pemimpin di tubuh Kementerian ESDM ini. Pengamat Perminyakan Tri Yuswijayanto Zaenuri mengatakan, dari segi kinerja, Darwin dinilai tidak memberikan kontribusi maksimal dalam menangani masalah minyak dan gas di Indonesia.
Follow Berita Okezone di Google News
"Semua orang tentu melihat kinerja. Selama ini kinerja Darwin saya lihat pas-pasan dengan permasalahan migas yang terjadi selama ini," ungkapnya, saat dihubungi okezone, Rabu (19/10/2011).
Tri melihat, sejak awal Darwin dinilai kurang menguasai bidang migas. Darwin, kata dia, memang bukan orang yang berkompeten dari bidang migas, melainkan berasal dari sebuah partai. "Darwin berasal dari partai di mana mungkin karena sebuah koalisi menempatkan dia menjadi menteri ESDM. Selain itu membuat kebijakan itu lebih sulit daripada membuat sebuah keputusan," tambahnya.
Dengan digantinya Darwin, kata Tri, maka rakyat mendapat kesempatan untuk mencari menteri ESDM yang lebih baik lagi. "Tentu banyak rakyat berharap apabila menteri ESDM jadi digantikan akan membawa kinerja yang lebih baik ke depannya, sehingga permasalahan di bidang migas ini cepat terselesaikan," kata Tri.
Senada dengan Tri, Pengamat Perminyakan Priagung menuturkan Darwin tidak memiliki visi dan misi sektor energi sehingga permasalahan energi tidak kunjung terselesaikan. "Saya melihat Darwin ini mengalami disorientasi sehingga arahnya ini tidak jelas. Mana permasalahan energi yang prioritas yang harus diatasi saja tidak tepat," tutur Priagung.
Priagung menilai, kesalahan utama yang menjadi titik adalah mengenai subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak mempunyai perkembangan hingga saat ini.
"Permasalahan subsidi BBM ini sudah dua tahun tidak selesai, malah mundur terus. Padahal permasalahan ini sangat krusial dan sudah berjalan selama dua tahun, malah yang diurusi malah tarif listrik yang mau dinaikkan. Jadi dia tidak bisa atur mana yang prioritas mana yang tidak," paparnya.
Karenanya, dia setuju dengan keputusan presiden SBY untuk melengsengerkan Darwin. "Dengan sangat menyesal saya harus bilang bahwa Darwin ini tidak menguasai dalam sektor energi, jadi saya rasa tepat rasanya jika SBY mengganti Darwin," pungkasnya.
Sekadar informasi, berbagai masalah migas muncul selama kepemimpinan Darwin Shaleh. Di antaranya Seperti lifting minyak bumi yang kemungkinan besar tidak tercapai. Menilik target lifting pemerintah sesuai APBN-P 2011 sebesar 945 ribu bph diyakini banyak pihak sulit untuk tercapai dikarenakan kondisi real di lapangan seperti banyaknya medan lapangan yang berpori sulit diatur membuat lifting minyak tidak sesuai target.
Selain itu, lifting minyak juga terkendala faktor-faktor eksternal. Hingga Agustus 2011 saja lifting minyak baru mencapai sekira 922 juta bph.
Di sisi lain, masalah renegosiasi kontrak pertambangan juga tak kunjung usai. Pemerintah melalui kementerian ESDM telah mendata ada sekira 118 KKKS yang akan ditinjau ulang kontrak-kontraknya karena merugikan negara.
Dua hal yang akan diperhatikan adalah mengenai luas lahan dan royalti. Namun hal ini berjalan alot karena dua undang-undang yaitu UU pertambangan tagun 1967 dan UU Minerba nomor 4 tahun 2009.
Belum lagi permasalahan Freeport yang akhir-akhir ini juga menyedot beberapa perhatian di mana salah satu permasalahannya adalah ribuan karyawan perusahaan tambang tembaga dan emas tersebut menuntut manajemen mengubah perjanjian upah kerja sesuai dengan standar perusahaan di bawah naungan Freeport McMoran. Karyawan Freeport di Timika selama ini mendapat upah rendah. Selisih upahnya mencapai USD30 per jam.
Menurut data pihak SPSI mereka hanya dibayar USD1,5-USD3 per jam. Sementara di pertambangan milik Freeport McMoran yang lain rata-rata dibayar sebesar USD15-USD35 per jam. Hingga saat ini pun mogoknya karyawan Freeport masih berlangsung sehingga Freeport menderita kerugian yang tentunya tidak sedikit. (mrt)
(rhs)