"Keputusan ini efektif berlaku 4 Februari 2015," ujar Gubernur Bank Sentral Australia Glenn Stevens, dalam situs rba.gov.au, Selasa (3/2/2015).
Stevens menjelaskan, kebijakan itu diambil sejalan dengan situasi internal Negeri Kanguru, di mana harga komoditi terus merosot dan harga minyak kian turun tajam dalam beberapa bulan ke depan.
Situasi ini merefleksikan sebuah kombinasi kepada pertumbuhan yang akan melambat, akibat menurunnya permintaan.
Di sisi lain, dolar Australia langsung terkoreksi tajam terhadap dolar Amerika Serikat. Berdasarkan data yahoo currency converter pada pukul 14.21 WIB, dolar Australia merosot 1,7 persen atau 134 poin ke posisi 767 sen dolar Amerika per dolar Australia. Sementara dolar Australia mengalami penurunan signifikan 1,88 persen atau 185 poin ke posisi Rp9.695 per dolar Australia .
Berdasarkan catatan Bloomberg, angka tersebut jatuh terendah sejak 2009.
Kendati demikian, Steven dalam keterangan menyatakan nilai tukar yang lebih rendah kemungkinan akan diperlukan untuk Mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam perekonomian.
Follow Berita Okezone di Google News
(rhs)