JAKARTA - Beberapa waktu terakhir Rupiah memang terus anjlok, bahkan Rupiah betah di atas level Rp13.000. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) beralasan pelemahan tersebut dikarenakan penguatan mata uang Dolar Amerika Serikat terhadap mata uang dunia.
Namun, menurut Ekonom IPB & Megawati Isntitute Iman Sugema, seharusnya Rupiah dapat terus menguat sejak bulan Januari lalu. Hal itu dikarenakan arus dana asing (capital inflow) jangka pendek dan jangka panjang yang masuk ke Indonesia sangat besar sejak awal tahun.
"Indonesia ini harusnya kursnya menguat sejak Januari. karena capital inflow cukup besar masuknya, jadi bisa menutup current acount deficit (cad)," ujarnya di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (4/4/2015).
Imam menjelaskan banyaknya capital inflow yang masuk dapat terlihat dari devisa Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar USD5 milyar. Terhitung cadangan devisa pada akhir Februari 2015 mengalami kenaikan menjadi USD115, 52 milyar.
Oleh karena itu, dirinya memandang seharusnya BI dapat membuat Rupiah kembali menguat ke level Rp11.500 per USD hanya dalam waktu 2 minggu.
"Sekarang itu harusnya rupiah bisa Rp 11.500 per dolar AS. Dan saya jamin kalau strateginya benar, dalam waktu kurang dari dua munggu bisa terjadi. Kalau enggak bisa, suruh pejabat BI mengundurkan diri," tegasnya.
Follow Berita Okezone di Google News
(rzy)