JAKARTA - Hingga akhir tahin 2015 mendatang, mata uang negara berkembang diprediksi akan terus mengalami pelemahan. Hal ini karena Bank Sentra Amerika Serikat (AS) The Fed belum menghasilkan keputusan apapun terkait kenaikan suku bunga.
Presiden Komisaris PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) Chatib Basri mengatakan, jika the Fed menghasilkan keputusan, maka banyak pihak yang tidak akan berekspektasi lagi mengenai mata uang negaranya. Sehingga, tidak akan menimbulkan kecemasan dari berbagai pihak yang berkepentingan.
"Saya kira enggak akan hanya Rupiah yang melemah hingga akhir tahun, tapi semua currency. Ini bikin analogi kayak ekspektasi yang terus tertunda," ujar Chatib di Grand Hyatt Jakarta, Rabu (17/6/2015)
Meski demikian, Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) tersebut enggan memberikan gambaran prediksi angka rupiah yang melemah hingga akhir tahun. Sebab, dirinya sudah tidak duduk lagi di kursi pemerintahan.
"Saya enggak tahu, kalau saya tahu saya sudah enggak kerja di trading valas. Lagipula, saya enggak kerja di pemerintahan lagi kan. Jadi saya nggak mau comment," kata dia tersenyum.
Hal ini, juga berlaku di saham. Menurut Chatib, jika rupiah melemah, return investor di dalam dolar pasti turun. Investor dolar, akan membeli barang dalam rupiah, kalau rupiah jatuh.
"Nilai saham yang dia punya masih lemah. Nilai makin rendah, return kecil. Kalau return kecil enggak mau pegang sahamnya. itu yg terjadi di bond market dan stock market," pungkas dia.
Follow Berita Okezone di Google News
(rzy)