Sekretaris Jenderal Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Achmad Ridwan Tento mengatakan, kondisi melemahnya Rupiah sangat dirasa dan berpengaruh besar bagi para pengusaha.
“Tentunya besar sekali (pengaruhnya). Biasanya kita masih Rp12 ribu, naik Rp13 ribu, Rp14 ribu hingga Rp14 ribu sekian, ini sangat besar. Nah intinya begini, importir pasti tidak mau rugi sendiri berarti dengan kenaikan kurs dolar akan jadi beban buat end user. End user-nya siapa? Ya konsumen atau customer,” ujarnya kepada Okezone saat dihubungi di Jakarta, Rabu (30/9/2015).
Dia mencontohkan, perajin tahu dan tempe yang masih memerlukan bahan baku utama kedelai yang notabene masih diimpor. Akibatnya, banyak perajin tahu tempe yang enggan menaikkan harga namun lebih mengecilkan bentuk produksi tahu-tempenya sebagai salah satu alternatif atau solusi agar tidak memberatkan konsumen dengan menaikkan harga.
“Kalau importir barang, yang jual lagi kan pedagang, misalnya kedelai pengrajin tahu tempe akhirnya tahu-tempe ukuran jadi kecil,” papar dia.
Kendati demikian, tutur Ridwan, namun dengan situasi saat ini di mana daya beli masyarakat sedang menurun, maka kebanyakan konsumen akan menahan konsumsi.
“Nah, tapi dengan situasi sekarang daya beli melemah, konsumsi jadi wait and see,” tukasnya.
(rzk)