JAKARTA - Pertumbuhan industri mebel dan kerajinan Indonesia dapat dikatakan 'babak belur' menghadapi persaingan antarnegara di Asia.
Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) mengaku, Indonesia hingga saat ini masih berada di bawah Vietnam dan Malaysia, yang mencatatkan nilai ekspor mencapai USD6,8 miliar dan USD2,4 miliar.
"Mestinya kita bisa jadi yang terbesar, minimal di regional atau di Asean, tapi Indonesia hanya USD1,93 miliar saja," tutur Sekretaris Jenderal Amkri, Abdul Sobur, kepada IDX Channel, Kamis (24/3/2016) malam.
Abdul mengatakan, dari analisis yang dilakukan pihaknya, permasalahan yang paling menonjol yang mengganjal pertumbuhan industri mebel tanah air adalah regulasi.
"Kami menduga itu berasal dari regulasi yang belum mendukung pertumbuhan dari industri ini, yang paling menonjol mengenai regulasi," katanya.
Dia mencontohkan, salah satu permasalahan regulasi adalah bunga bank yang masih tinggi di double digit, dibanding sejumlah negara Asean lainnya. Selain itu, penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang masih diterapkan juga di hilir.
"Tidak logis ketika di hulu sudah diterapkan, tapi kenapa dihilir juga diterapkan SVLK. Itu yang menghambat," pungkasnya.
Follow Berita Okezone di Google News
(rzk)