JAKARTA - Royal Dutch Shell (Shell) telah merilis data keuntungan perusahaan pada kuartal I-2016. Dalam laporan ini, Shell mencatat anjloknya laba perusahaan akibat belum masih stabilnya harga minyak dunia.
Pada kuartal I-2016, laba Shell anjlok sebesar 89 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya dari USD4,8 miliar menjadi USD484 juta. Meskipun demikian, Shell tetap dapat mempertahankan dividen pada level USD0,47 per lembar saham.
Shell pada beberapa waktu lalu memang telah memutuskan untuk mengakuisisi BG Group, produsen migas yang berasal dari Inggris senilai USD54 miliar.
Hal ini pun memberikan angin segar bagi Shell. Pasalnya, pada kuartal I-2016, BG tercatat telah berkontribusi hingga mencapai USD200 juta bagi pendapatan perusahaan. Namun, anjloknya harga minyak dunia yang saat ini masih berada pada level USD40 per barel masih memberikan beban yang cukup dalam bagi perusahaan.
Namun, upaya akuisisi ini dinilai sebagai langkah yang tepat. Pasalnya, BG dapat menjadi penyelamat bagi Shell dengan berhasilnya mencapai laba ditengah anjloknya harga minyak dunia.
“(Mereka) telah mampu memperkenalkan satu peluang investasi yang akan memiliki return tertinggi di industri di Brazil dan (mereka) telah mampu membuat pembangkit tenaga listrik yang nyata dalam penjualan LNG, sehingga sangat menarik,” ujar analis di Jefferies, Jason Gammel, seperti dilansir CNBC.
CEO Shell Ben van Beurden mengungkapkan, salah satu upaya untuk melakukan efisensi akibat penurunan pendapatan ini adalah dengan melakukan pemangkasan pengeluaran. Dengan begitu, hal ini diharapkan dapat mengamankan keuangan perusahaan dalam jangka pendek.
“Kami terus mengurangi tingkat pengeluaran, untuk menangkap peluang biaya dan mengelola kerangka keuangan di lingkungan harga minyak yang lebih rendah saat ini. Kombinasi dengan BG adalah awal yang kuat," ucap Ben van Beurden.
Follow Berita Okezone di Google News
(dni)