JAKARTA - Kinerja PT Timah (Persero) Tbk (TINS) memang terbilang buruk. Pada kuartal I-2016 saja kerugian bersih Timah meningkat menjadi Rp138,8 miliar.
Direktur Utama Timah Riza Pahlevi mengakui, buruknya kinerja perseroan disebabkan anjloknya harga komoditas timah.
"Masalahnya harga di triwulan pertama sudah sulit, sekira USD13 ribu per ton," tuturnya di di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (4/8/2016).
Karena anjloknya harga jual, perseroan juga terpaksa menurunkan produksi. Tercatat di kuartal pertama produksi biji timah turun dari 6.653 ton diperiode yang sama tahun lalu menjadi 3.405 ton dan produksi logam timah turun dari 7.057 ton menjadi 4.205 ton.
(Baca Juga: PT Timah Siapkan Rp600 Miliar untuk Beli Kapal Eksplorasi)
Untuk memperbaiki kinerja, Riza mengaku perseroan akan meningkatkan porduksi di semester kedua tahun ini. Seiring dengan hal itu, dirinya juga yakin harga timah akan kembali meningkat dikisaran USD18 ribu per ton.
"Jadi harapan kita bisa kejar produksi, tapi untuk melebihi tahun lalu sulit, kita kejar minimal sama. Kita akan tambah alat produksi dan pengawasan lebih ketat sehingga kita bisa memastikan peningkatan produksi di akhir tahun," imbuhnya.
Selain itu, perseroan juga akan meningkatkan kinerja dari anak usahanya yakni PT Rumah Sakit Bakti Timah dan PT Timah Industri. Sebab kedua anak usaha tersebut memiliki sumbangsih pendapatan yang cukup tinggi bagi perseroan.
"Timah Industri sudah jalan, karena land produksinya sudah jadi, Rumah Sakit Bakti Timah juga sudah profit sebenarnya. Jadi kita targetkan 10 persen pendapatan dari anak perusahaan," pungkasnya.
Follow Berita Okezone di Google News
(dni)