JAKARTA - Pemerintah dinilai lebih fokus terhadap kebijakan yang memudahkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk memiliki hunian. Namun, untuk kalangan masyarakat tanggung yang gajinya tidak rendah namun tidak dapat dikatakan tinggi kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Bahkan, menurut Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung, masyarakat yang memiliki penghasilan Rp12 juta sekalipun masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hunian.
"Jadi kita lihat kebijakan pemerintah ini masih fokus pada kelas masyarakat berpenghasilan rendah. Padahal masalah tempat tinggal juga dirasakan bahkan sampai orang-orang yang gajinya Rp12 juta itu masih mikir loh," katanya dalam diskusi bersama media di Jakarta , Rabu (23/3/2017).
Tak sampai di situ, bahkan untuk masyarakat yang memiliki penghasilan mencapai Rp15 per bulan sudah kesulitan dalam menjangkau harga hunian di luar Jakarta, misalnya Serpong.
"Ternyata Rp12 juta masih pusing cari rumah. Cuma bisa (mendapatkan rumah) Rp480 juta. Rp480 juta cari di mana? Jakarta sudah enggak ada. Nggak usah ngomong Jakarta, Serpong saja sudah enggak dapat," lanjutnya.
Ia juga menyebutkan, belakangan ini ada tren di mana pergerakan inflasi trennya sedang menurun. Hal itu secara tak langsung mempengaruhi sektor properti dan kemampuan masyarakat dalam membeli hunian.
"Secara grafik (inflasi) kelihatan ada tren menurun. Impact-nya ke mana? Ke properti iya ada. Tapi yang paling direct adalah ke kenaikan gaji. Karena paling simpel itu UMR saja. UMR sudah jelas, UMR tahun lalu ditambah kan inflasi jadi UMR yang baru,"
"Artinya kalau inflasi rendah, (gaji) kenaikannya akan lambat. Nah jadi dua sisi tadi sudah kelihatan, infrastruktur akan bikin properti naik. Inflasi akan bikin gaji lebih lambat naiknya, jadi akan lebih serem lagi," tukasnya.
Follow Berita Okezone di Google News
(rai)