JAKARTA – Keberadaaan para tengkulak di sektor usaha pertanian membuat harga jual hasil pertanian kian melambung tinggi dari asalnya. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah kolaborasi antar mereka agar bisa menyamakan persepsi, yaitu keduanya bisa sama-sama menguntungkan.
Ketua Forum Petani Muda Bali Agung Wedha mengatakan sekitar tahun 2017, dirinya melihat banyak permasalahan di dunia pertanian salah satunya adalah di pasar panen. Di mana, dia menilai harga petani jadi melambung tinggi ketika sudah sampai ke tangan tengkulak.
Baca Juga: Dear Milenial, Jangan Malu Jadi Petani
Di hulu membuat produk yang baik dan berkualitas, sedangkan di hilir juga harus bisa memasarkan produk yang dibuat. Karena permasalahan besar di dunia pertanian adalah aktivitas pertanian yang terputus.
“Memang PR besar kami ini adalah memutus mata rantai tengkulak. Jadi kami ajarkan petani kita hitung BEP. Jadi petani saat harga jatuh kita beli. Sehingga petani-petani mendapatkan keamaanan saat mereka berbudidaya,” kata Agund dalam diskusi daring, Selasa (10/11/2020).
Dia menambahkan, pihaknya sengaja membeli seluruh hasil panen dari para petani dan dijualnya melalui marketplace agar petani bisa mendapatkan untung yang lebih.
“Jadi petani kebanyakan hanya fokus bertani. Namun untuk pemasaran mereka kebingungan. Akhirnya lahirlah tengkulak dan pengepul yang membuat keadilan perdagangan tidak terjadi. Dibeli semurah-murahnya di petani, dijual semahal-mahalnya di konsumen,” ujarnya.