JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, konsumsi minyak diperkirakan akan meningkat dari 1,66 juta bopd menjadi 3,97 juta barrel oil equivalent per day (BOEPD) di tahun 2050 atau naik sebesar 139%. Proyeksi ini berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Sedangkan untuk konsumsi gas juga diperkirakan mengalami peningkatan lebih besar lagi, dari 6.000 barrels of oil per day (MMSCFD) menjadi 26.000 MMSCFD pada tahun 2050 atau naik 298%.
Baca juga: Harga Minyak Anjlok Imbas OPEC Tunda Pemotongan Produksi
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, sesungguhnya potensi hulu migas Indonesia masih sangat besar, karena dari 128 cekungan migas yang dimiliki, baru 20 cekungan yang sudah berproduksi. Bahkan, masih terdapat 68 cekungan yang belum dieksplorasi.
Karena itu, pemerintah menilai bahwa sektor industri migas membutuhkan nilai investasi yang besar yang diimbangi oleh penggunaan teknologi tinggi.
Baca juga: Produksi Minyak di Dunia Bakal Berkurang Gegara Covid-19
"Perlu disadari bahwa industri migas adalah industri yang membutuhkan investasi yang besar, teknologi yang tinggi, dan high risk. Melihat peran strategis dari sub sektor migas, maka atas arahan Bapak Presiden (Joko Widodo), sub sektor migas tidak hanya sebagai revenue generator namun untuk menjadi penggerak roda perekonomian nasional (economic driven)," ujar Arifin, Rabu(2/12/2020).
Peran sub sektor migas tersebut, tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan energi untuk transportasi maupun kelistrikan, namun juga berperan sebagai bahan baku dalam dalam pengembangan Industri.
Dalam mendorong hal tersebut, Arifin menyebut, berbagai kebijakan telah diambil oleh pemerintah, antara lain penurunan harga gas, untuk mendorong tumbuhnya industri, pelonggaran perpajakan, serta flexibility fiscal term untuk meningkatkan daya tarik investasi migas serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.