JAKARTA – Utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai USD423,1 miliar atau setara Rp6.008 triliun (kurs Rp14.200 per USD).
Banyak faktor yang mempengaruhi ULN Indonesia meningkat sampai ribuan triliun. Namun pertanyaannya adalah bagaimana cara melunasinya?
Berikut fakta mengenai utang luar negeri Indonesia dan cara melunasinya yang telah dirangkum Okezone, Sabtu (26/11/2021).
1. Meningkat Saat Kuartal III
Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai USD423,1 miliar atau setara Rp6.008 triliun pada triwulan III-2021.
Hal ini berarti Utang luar negeri tumbuh 3,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,0% (yoy).
Baca Juga:Â 2 Orang yang Bisa Lunasi Utang Indonesia, Cek Profilnya
Direktur Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan peningkatan ULN terjadi pada sektor publik dan swasta.
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan ULN sektor publik dan sektor swasta," kata Erwin Haryono.
2. Penyebab ULN Meningkat
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman seiring lebih tingginya pinjaman yang jatuh tempo dibanding penarikan pinjaman. Hal ini terjadi di tengah penerbitan Global Bonds, termasuk Sustainable Development Goals (SDG) Bond sebesar 500 juta Euro, yang merupakan salah satu penerbitan SDG Bond konvensional pertama di Asia. Penerbitan SDG Bond ini menunjukkan upaya Indonesia dalam mendukung pembiayaan berkelanjutan dan langkah yang signifikan dalam pencapaian SDG," jelas Erwin Haryono.
Baca Juga:Â Indonesia Dapat Utang Rp7,1 Triliun dari ADB, untuk Apa?
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, utang pemerintah memang meningkat terutama pada periode pertama kepemimpinan Joko Widodo. Sayangnya, rencana pemerintah untuk membangun infrastruktur belum didukung oleh kemampuan pembiayaan yang mumpuni.
"Jadi sebelum pandemi pun sebenarnya tren utang pemerintah meningkat. Ketika pandemi Covid-19 terjadi, kondisi makin kompleks bagi Indonesia karena utang sebelum pandemi dan juga kebutuhan belanja yang makin besar akibat penanganan pandemi," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Rabu (30/12/2020).
Dia melanjutkan, hampir semua negara khususnya negara berkembang diproyeksikan mengalami peningkatan utang. Menurut dia, Indonesia dalam konteks ini berada dalam posisi gali lubang tutup lubang. Artinya, Indonesia meminjam uang untuk menutupi cicilan bunga dan pokok utang.
3. Penggunaan ULN
Padahal ULN Pemerintah dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel diutamakan untuk mendukung belanja prioritas Pemerintah, termasuk kelanjutan upaya mengakselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Program tersebut mencakup dukungan pada sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,9% dari total ULN Pemerintah), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,3%), sektor jasa pendidikan (16,5%), sektor konstruksi (15,5%), dan sektor jasa keuangan dan asuransi (12,1%). Dari sisi risiko refinancing, posisi ULN Pemerintah aman karena hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN Pemerintah.