JAKARTA - PT Bio Farma (Persero) menyatakan potensi atau resiko kegagalan pengembangam vaksin Merah Putih bisa saja terjadi.
Untuk mengantisipasi kegagalan itu, perseroan pun menyiapkan vaksin BUMN sebagai alternatif vaksin yang diproduksi secara mandiri. Pernyataan itu disampaikan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI Senin (24/1/2022).
Menurutnya saat ini, vaksin Merah Putih akan masuk pada tahap pra klinis setelah prototipe ketiga memenuhi standar industri.
Baca Juga:Â Indonesia Kembali Terima 651.130 Vaksin AstraZeneca Bantuan dari Jepang
Honesti mencontohkan, pengembang vaksin Covid-19 asal Jerman, cureVec, yang menerima kegagalan setelah hasil uji klinis tahap tiga yang tidak memenuhi standar World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia.
"Dalam pengembang produk vaksin ini memang beresiko sangat tinggi, bisa saja proses itu sudah kita mulai dan setiap tahapan itu ada resiko kegagalannya. Mungkin bapak, ibu pernah dengar satu vaksin Covid yang dikembangkan oleh pengembang cureVec namanya di Jerman, mereka tuh sudah sampai ke tahap tiga dan pada saat selesai uji tahap tiga dan ternyata mereka tidak memenuhi standar WHO, sehingga mereka kesti memulai dari nol," ujar Honesti.
Dia menjelaskan, vaksin Merah Putih merupakan produk yang membutuhkan waktu lama. Honesti mencatat, persoalan yang pernah terjadi adalah seed vaccine (bibit vaksin), di mana dalam dua kali proses seed vaccine yang diterima dari Eijkman belum memenuhi standar industri sehingga sulit diproduksi.
Baca Juga:Â Siswa SD Meninggal Usai Divaksin, Pemkab Sukabumi Koordinasi dengan Pemerintah Pusat
Perkara seed vaccine itu baik dari kualitas dan masalah harga vaksin yang dinilai akan menjadi mahal. Bio Farma dan Eijkman hingga kini terus melakukan optimalisasi pengembangan seed vaccine sebelum masuk pada tahap uji praklinis.