JAKARTA - Keadaan negara Sri Lanka saat ini semakin terpuruk. Pasalnya negara yang terletak di Asia Selatan itu pada bulan April 2022 lalu menyatakan tidak sanggup membayar utang dan mengakui kebangkrutannya.
Dalam beberapa bulan terakhir pun Sri Lanka diketahui mengalami krisis kebutuhan dasar mulai dari bensin hingga gas untuk memasak. Di Ibu kota Colombo terdapat antrean panjang untuk membeli tabung gas, harga tabung gas yang awalnya 2.675 rupe atau Rp110.000 kini melonjak naik hingga 5000 rupe atau Rp206.000.
Selain itu Sri Lanka juga mengalami krisis bahan pangan yang bermula sejak dilarangnya impor pupuk kimia pada April 2021 lalu.
 BACA JUGA:Krisis Ekonomi Memburuk, PM Sri Lanka Mundur
Kebijakan ini menyebabkan penurunan drastis hasil panen. Setelah krisis ekonomi terjadi, pemerintah kembali mencabut larangan tersebut dan menjamin ketersediaan pupuk pada musim tanam mendatang.
Jika diurut kebelakang, kebijakan presiden Gotabaya Rajapaksa untuk melakukan pemotongan pajak secara besar-besaran terhadap seluruh rakyat Srilanka ditentang oleh mantan menteri keuangan, karena menurutnya dapat menimbulkan kebangkrutan negara.