JAKARTA – Setiap negara mengalami tantangan sendiri dalam mengembangan perekonomiannya. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, semua negara melewati proses pembangundan dari pendapatan rendah miskin.
Bagi Indonesia, Sri Mulyani menjelaskan bagaimana cara agar suatu negara bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle-income trap. Dia mengatakan fenomena ini terjadi karena dunia yang terdiri dari 192 negara ini dilihat dari awal perjalanan mereka yang dimulai dengan pendapatan yang rendah.
"Semua negara ini dilihat berjalan awalnya dari income yang rendah, lalu terjadi revolusi industri, terjadi kolonialisme, perang, sekarang terjadi perubahan iklim. Semua negara mengalami episode yang disebut pembangunan dari pendapatan rendah, miskin, dan biasanya berantakan, lalu pengen semua jadi negara maju," ujar Sri dalam Kuliah Umum: Ketahanan Ekonomi dalam Perspektif Lokal, Nasional dan Global secara virtual di Jakarta, Kamis (2/2/2023).
Dia menyebut banyak negara di Asia yang pendapatannya sempat naik lalu turun lagi atau tetap berada di tengah-tengah, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.
"Jadi bagaimana caranya menjadi negara maju? Dibuat studi negara, dicari ciri-cirinya, ciri pertama negara maju pasti SDM-nya bagus. Loh tadi kan pas low income country kan sama-sama ga bagus? Iya, namun dia kemudian investasi di SDM, sistem pendidikannya bagus, sistem kesehatannya bagus, banyak anak-anak mudanya diekspos dengan pengalaman bertemu dan melihat dunia, cakrawalanya terbuka, dia dikirim ke pabrik-pabrik dunia supaya merasakan 'oh kalau kerja di manufaktur yang terbagus seperti ini'," jelas Sri.
Follow Berita Okezone di Google News
Tak hanya itu, mereka juga diberikan dana untuk melakukan research and development, paham mengenai isu-isu penting, dan berbagai hasil risetnya dipatenkan. Dari paten ini kemudian dibuatlah produk-produk yang bisa masuk ke dalam industri.
"Ini semuanya butuh banyak sekali, enggak cuma perlindungan, kalau terlalu dilindungi, dia juga akan menjadi lemah. Negara-negara itu kadang membuka supaya berkompetisi, sama seperti kalau Anda atlet, Anda tidak bisa bilang Anda juara bulutangkis nomor 1 di dunia, lalu kalau ditanya sudah pernah ikut pertandingan tapi ternyata belum. 'Ya saya bikin sendiri aja kalau saya yang paling bagus di RT saya, itu dunia saya', enggak bisa gitu. Anda harus ikut turnamen-turnamen bertanding dengan berbagai negara," ungkapnya.
Dia mengatakan, untuk bertanding ini butuh persiapan, pelatihan, asupan, dan diekspos dengan para 'jawara' lainnya. Maka dari itu, Sri menegaskan bahwa untuk menjadi negara high income, tidak bisa diam saja dalam tempurung.
"Anda harus keluar dari tempurung itu, kita melanglang buana, kita melihat, mencari ilmu, kita saingan, kadang kita kalah, kadang kita bisa menang juga. Jadi enggak ada yang namanya tiba-tiba menjadi bagus," sambung Sri.
Tak hanya itu saja, tidak ada negara high income yang infrastrukturnya bobrok. Inilah alasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membangun infrastruktur, karena kalau infrastrukturnya bagus, maka mobilitas masyarakat juga akan terdorong.
"Interaksi-interaksi tersebut menimbulkan inovasi dan ide-ide. Kita kasih beasiswa LPDP dari pajak kita, beasiswa itu tidak hanya SPP, tapi juga asuransi kesehatan. Supaya negara maju, maka kita membuat sistem jaminan kesehatan, tapi membuat sistem itu bukan sesuatu yang simpel, butuh tahu iurannya berapa, benefitnya, klaimnya gimana," tambah Sri.
Untuk menjadi high-income country, negara middle income harus membangun institusi dan sistem. Sistem pun tidak tiba-tiba jadi, melainkan dibangun melalui berbagai macam pengetahuan dari negara lain.
"Memangnya di AS gratis karena apa? Dia mungut pajak, jadi yang bayar adalah taxpayer money. Dia menikmati taxpayer money, sama kita orang yang mampu bayar pajak, kita berikan BPJS kesehatan untuk orang miskin, PKH kepada keluarga yang tidak mampu, size-nya beda tapi desainnya sama. Berarti kita mulai belajar," lanjutnya.
Maka dari itu, untuk menjadi negara maju, maka perlu SDM, infrastruktur, institusi, dan kelembagaan yang bagus. Itu yang menjadi syarat agar negara tersebut bisa maju dan produktif.
"Negara yang maju biasanya aturannya gak ruwet. Kenapa Presiden Jokowi begitu kepengen reformasi supaya birokrasi dan aturan enggak bundet sampai di bawah," pungkas Sri.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.