JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) meraup laba sebesar USD200,40 juta USD200,4 juta atau setara Rp3,026 triliun (kurs Rp15.100 per USD), meningkat 20,8% dari 2021 yang sebesar USD165,79 juta. Laba per saham dasar dan dilusian USD0,0202, lebih tinggi dari 2021 di posisi USD0,0167.
Emiten nikel ini juga mencatatkan EBITDA sebesar USD477 juta yang oleh harga realisasi nikel yang lebih tinggi. Harga realisasi rata-rata pada tahun 2022 adalah 35% lebih tinggi dibandingkan harga tahun lalu.
“Harga yang lebih tinggi ini tentunya membawa dampak positif bagi kinerja keuangan kami,” kata CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy dikutip Harian Neraca, Senin (20/2/2023).
Namun demikian, dengan kenaikan harga komoditas yang signifikan pada tahun 2022, perseroan masih mampu mempertahankan biaya tunai di kisaran USD11.000 per ton. Grup mencatat penjualan sebesar USD1,17 miliar pada tahun 2022, 24% lebih tinggi dari penjualan yang tercatat pada tahun 2021 sebesar USD 953,2 juta disebabkan oleh harga realisasi rata-rata yang lebih tinggi.
Harga realisasi rata-rata pengiriman nikel dalam matte adalah USD19.348 per ton, lebih tinggi dari level tahun 2021 sebesar USD14.309 per ton. Beban pokok pendapatan grup pada tahun 2022 sebesar USD865,9 juta, meningkat 23% dari USD704,3 juta pada tahun 2021. Penyebab utama kenaikan beban pokok pendapatan adalah harga bahan bakar dan batu bara yang lebih tinggi.
Follow Berita Okezone di Google News
Produksi PT Vale pada tahun 2022 sebesar 60.090 metrik ton nikel dalam matte, 8% lebih rendah dari produksi tahun 2021 terutama disebabkan oleh adanya pelaksanaan proyek pembangunan kembali Tanur 4.
“Berhubung proyek telah selesai, kami optimis dapat mencapai volume produksi yang lebih tinggi pada tahun 2023 sementara di saat yang bersamaan berupaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya operasi. Dalam melakukannya, kami tidak akan mengkompromikan nilai-nilai utama kami, keselamatan jiwa merupakan hal terpenting, menghargai kelestarian bumi dan komunitas kita,” papar Febri.
Febri menjelaskan bahwa terlepas dari produksi yang lebih rendah, perseroan sangat mengapresiasi kerja keras seluruh karyawan di perusahaan. Sebagai informasi, tahun ini Vale Indonesia menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) pada 2023 sebesar USD110 juta atau Rp1,71 triliun.
Belanja modal tersebut di antaranya ditujukan untuk memaksimalkan penyelesaian proyek di Pomalaa dan Bahodopi. Di Pomalaa, INCO menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd (Huayou) untuk menggarap Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL)
Proyek HPAL Blok Pomalaa diperkirakan akan menghasilkan 120 kiloton nikel yang menjadi bagian penting untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik. Selanjutnya ada pula proyek bersama Taiyuan Iron & Steel Co. Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co. Ltd. di Bahodopi, Sulawesi Tengah untuk pengembangan pabrik feronikel dengan kapasitas 73.000 ton per tahun dengan nilai investasi USD2,3 miliar. Proyek ini juga diperkirakan akan rampung pada 2025.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.