JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut kinerja sektor ritel pada periode puasa dan Lebaran tahun ini cukup menjanjikan. Sebab, pada tahun ini kinerja sektor ritel tumbuh hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Ketua Umum Aprindo Roy Mandey mengatakan, pada periode puasa dan Lebaran tahun ini, pertumbuhan sektor ritel berada di level 15% hingga 18%. Sebelumnya pada tahun lalu, pertumbuhan sektor ritel hanya berada di tangan 5% saja.
"Cukup signifikan. Jadi begini pada saat Lebaran yang lalu kita hanya bertumbuh 5% tapi sekarang kita bisa tumbuh 15% sampai 18%," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Kamis (5/7/2018) malam.
Menurut Roy, pertumbuhan pada Lebaran tahun ini tentu menjadi satu prestasi tersendiri. Sebab, dalam kurun waktu tiga tahun belakangan, kinerja sektor ritel tidak pernah menembus angka double digit sekalipun.
"Ternyata itu sesuatu yang cukup kita catat sebagai suatu perolehan yang luar biasa karena sudah tiga tahun terakhir ini kita di bawah 10% dibawah Double digit," jelasnya.
Menurut Roy, pertumbuhan ritel di periode. Lebaran dan puasa dikarenakan beberapa stimulus yang dilakukan pemerintah. Seperti pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para Pegawai Negeri Sipil (PNS), Polri dan TNI.
Seperti diketahui pemberian THR kepada PNS, Polri, TNI pada tahun ini jauh lebih besar dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Sebab, pemberian THR pada tahun ini bukan hanya berasal dari gaji pokok saja melainkan juga dari Tunjangan Kinerja, Tunjangan Keluarga dan Tunjangan lainya.
"Jadi satu pasti kita melihat karena THR. THR yang diberikan itu Rp35 triliun untuk pensiun manaupun juga sipil dan juga militer maupun juga gaji bulan ke 13 itu yang menggetarkan konsumsi," jelasnya.
Selain itu lanjut Roy, pencairan dana desa dan dana transfer daerah pada tahun ini juga dinilainya lebih baik dan lebih terstruktur. Hal tersebut berdampak pada penyerapan dan desa yang semakin tinggi.
"Kemudian dana desa dan yang lainya sudah lebih terstruktur dibanding tahun tahun sebelumnya. Kalau tahun sebelumnya katakanlah dana desa itu ada Rp60 triliun yang sudah ada meningkat tetapi belum bisa diserap banyak cepat oleh daerah karena daftar isian projects dan sebagainya yang enggak sinkron dengan pusat dan sekarang sudah mulai sinkron," jelasnya.
Menurutnya, penyerapan dana desa yang tinggi akan berpengaruh banyak kepada konsumsi. Sebab, lewat penyerapan yang tinggi, maka pembangunan di desa juga bisa lebih baik lagi.
Jika pembangunan desa lebih baik, maka akan ada lapangan kerja yang tercipta. Sedangkan jika ada lapangan kerja maka masyarakat di desa akan memiliki penghasilan berlebih untuk membelanjakan uangnya.
"Pencairan dana desa pun jauh lebih baik. Nah dengan adanya pencairan dana desa ada pekerjaan di desa, kabupaten kota dan akhirnya masyarakat mendapatkan pendapatan, pendapatan akhir ke konsumsi," ucap Roy.
Apalagi, harga komoditas pangan juga mulai membaik pada tahun ini. Artinya masyarakat bisa berbelanja lebih dengan uangnya, sebab harga jualnya jauh lebih murah dibandingkan sebelumnya.
"Kemudian kita juga tahu harga-harga komoditi juga mulai membaik jadi ini juga signifikan mendorong adanya peningkatan pendapatan skill di masyarakat menengah ke bawah," tegas Roy.
(Dani Jumadil Akhir)