JAKARTA – Pendanaan lewat pasar modal masih menjadi pilihan bagi beberapa perusahaan sebagai sumber pendanaan dalam menunjang ekspansi bisnisnya. Apalagi, saat ini pinjaman lewat perbankan dinilai mahal suku bunganya. Hal inilah yang memicu penerbitan obligasi masih marah di sisa akhir tahun ini.
Baca Juga: Incar Rp2,31 Triliun, Medco Lepas 1,77 Miliar Saham di Harga Rp1.305
Salah satu perusahaan migas yang mengandalkan penerbitan surat utang adalah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang akan menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) sebesar USD67,15 juta (Rp1,007 triliun, kurs Rp15.000/US$). Surat utang ini memiliki tingkat kupon sebesar 5,75% dan akan dibayarkan setiap tiga bulan. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di Jakarta, yang dilansir dari Harian Neraca, Kamis (4/10/2018).
Baca Juga: Anak Usaha Medco Energi Catatkan Surat Utang Rp1,2 Triliun di BEI
Disebutkan, MTN ini memiliki tenor sepanjang dua tahun dan akan jatuh tempo pada 5 Oktober 2021. Untuk penerbitan surat utang ini, perusahaan bekerja sama dengan DBS VIckers Sekuritas Indonesia sebagai arranger dan Bank BRI sebagai agen pemantau. Ini bukan pertama kalinya perusahaan menerbitkan surat utang di tahun ini. Belum lama ini perusahaan juga menerbitkan obligasi senilai Rp1,2 triliun dalam dua seri.
Tujuannya, untuk melakukan refinancing utang-utang perusahaan ke bank atau instansi keuangan non-bank serta sejumlah efek utang konsolidasi yang pernah diterbitkan perusahaan dan anak usahanya. Lalu, pada Maret lalu perusahaan juga telah menerbitkan surat utang yang sama senilai Rp500 miliar. Di Januari, perusahaan milik keluarga Panigoro ini juga telah menerbitkan surat utang 7NC4 144A dengan denominasi dolar sebesar USD500 juta (Rp6,75 triliun).
Sebagai informasi di paruh pertama 2018 perseroan membukukan penurunan laba bersih 48,63% dari USD80,67 juta menjadi USD41,44 juta. Meski kinerja minyak dan gas meningkat, tapi perseroan juga menanggung kerugian afiliasi pertambangan, seiring pengembangan bisnis dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Presiden Direktur Medco Energy International Hilmi Panigoro pernah bilang, Amman Mineral Nusa Tenggara tengah menggiatkan pembangunan tahap tujuh dari tambang batu hijau ke kapasitas penuh. Karena itu, Amman Mineral Nusa Tenggara telah meraih fasilitas pinjaman pertama dari bank internasional, dan sudah dalam proses penunjukkan kontraktor front end engineering, and design untuk pembangunan smelter.
Akibat ekspansi tersebut, menurut dia, mempengaruhi perolehan laba bersih. Namun Hilmi memastikan, kondisi bisnis perseroan masih berjalan baik, seiring membaiknya harga komoditas, dan volume yang stabil. Selain itu PT Medco Power Indonesia (Medco Power) juga sudah dikonsolidasikan Medco Energy International.”Jadi sebetulnya, kami mencatatkan earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) sebesar USD301,3 juta pada semester I-2018, atau lebih tinggi 50,4 persen dari periode sama tahun 2017,” ujar Hilmi.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)