Ekonomi RI di Bawah Bayang-Bayang China dan Harga Komoditas

Giri Hartomo, Jurnalis
Senin 07 Januari 2019 18:30 WIB
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 5,3% di 2019. Namun, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pemerintah dalam mengarungi tahun baru ini.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani mengatakan, salah satu yang perlu diperhatikan dalam menghadapi 2019 adalah kemungkinan melambatnya perekonomian China. Ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6,2%.

Baca Juga: Kadin Ramal Ekonomi RI Mampu Tumbuh 5,3%, Ini Faktor Pendukungnya

Menurut Rosan, perlambatan ekonomi China akan mempengaruhi perekonomian dalam negeri mengingat saat ini ekspor mayoritas Indonesia menuju negeri Tirai Bambu. Bahkan dibandingkan ekspor menuju Amerika Serikat, ekspor menuju China jauh lebih besar.

"Kita ini lebih sensitif perlambatan pertumbuhan ke China dibandingkan dengan Amerika Serikat. Karena ekspor kita ini banyak melibatkan China," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (7/1/2019).

Selain perlambatan ekonomi China, harga komoditas juga harus menjadi warning pemerintah pada 2019. Sebab menurutnya, mayoritas ekspor Indonesia merupakan komoditas bahan mentah yang mana harganya sangat rawan terjadi penurunan.

Penurunan harga komoditas nantinya akan berpengaruh terhadap nilai ekspor. Karena dengan harga acuan dunia yang turun, maka secara nilai akan jauh lebih kecil meskipun secara volume jumlahnya relatif sama.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Alhamdulillah Perekonomian Kita Tumbuh Positif pada 2018

Oleh karena itu, lanjutnya, diperlukan alternatif ekspor lain selain komoditas yang harganya berpotensi melemah. Salah satu contohnya adalah bagaimana mendorong ekspor produk jadi yang nilainya tambah bisa jauh lebih tinggi dibandingkan produk mentah.

"Harga komoditas tidak terlalu tinggi, kemudian dikhawatirkan apabila China perekonomiannya melemah ekspor kita ke China akan menurun. Oleh sebab itu bisa berdampak kepada pertumbuhan perekonomian kita, terutama ekspor kita," jelasnya.

Di sisi lain, lanjut Rosan, pemerintah juga perlu menggenjot investasi yang merupakan salah satu sektor penggerak dari pertumbuhan ekonomi nasional. Investasi yang bisa adalah produk-produk manufaktur jadi yang berorientasi ekspor.

"Domestic consumption kita kelihatannya cukup baik dan dari segi indsutri juga diharapkan kalau kita lihat pertumbuhan industri sampai 5,3-5,4% yang mana melebih pertumbuhan GDP kita. Karena biasanya pertumbuhan industri kita kan selalu di bawah GDP. Dengan itu diharapkan pertumbuhan kita akan jauh lebih baik pada tahun 2019 ini," jelasnya.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya