JAKARTA – Kenaikan harga BBM berdampak ke sejumlah sektor. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menilai kenaikan harga BBM akan berdampak langsung pada dunia usaha.
"Kenaikan BBM ini memang pastinya akan menimbulkan kenaikan harga di beberapa sektor terutama transportasi dan logistik. Akibat biaya logistik yang naik, barang dan jasa juga akan terkerek naik terutama di UMKM yang ketergantungan BBM tinggi," ujar Arsjad dalam keterangannya, dikutip Senin (12/9/2022).
Namun, sambung Arsjad, tidak ada cara lain untuk mengurangi beban berat keuangan negara akibat subsidi energi yang terus membengkak.
Lanjut ia memaparkan, secara persentase kenaikan BBM bersubsidi Pertalite sebesar 30% dan solar 32%. Dengan kontribusi BBM terhadap inflasi sebesar 4% pada Juli 2022, maka penyesuaian kenaikan harga produk sekitar 12-13% dari harga semula.
"KADIN Indonesia menghitung, industri berskala besar dan sedang tidak akan terlalu terdampak karena menggunakan BBM nonsubsidi. Namun, untuk skala UMKM yang paling terasa dampaknya, sehingga perlu insentif seperti subsidi bunga KUR, insentif pajak hingga permodalan,” jelas Arsjad.
Di sisi lain, Arsjad menilai, langkah pemerintah mengalokasi 25% dana APBN dengan bansos atau BLT sudah tepat agar Indonesia bisa keluar dari jeratan subsidi bahan bakar minyak yang buruk untuk lingkungan.
Dia pun memberi masukan agar dana subsidi BBM yang sebesar Rp502,4 triliun itu alangkah baiknya dialokasikan untuk membangun 200 ribu SD, 40 ribu Puskesmas dan 3 ribu RS di daerah 3T.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)