JAKARTA - Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh sulit meramalkan harga minyak mentah di tengah-tengah ketidakpastian prospek permintaan.
"Tidak ada yang bisa meramalkan harga minyak mentah, dan sekarang ini permintaannya tidak jelas,” kata Bijan Zanganeh.
Baca Juga: Harga Minyak Turun 2%, Brent Dijual USD35,1/Barel
Setelah sebelumnya merosot, harga minyak naik pada Senin 25 Mei 2020 seiring melonggarnya kebijakan lockdown yang diberlakukan banyak negara untuk memerangi wabah virus corona.
Pada perdagangan yang lesu, Senin (25/5), sewaktu pusat-pusat finansial di Singapura, London, dan New York tutup karena hari libur, Brent naik 11% persen menjadi USD33,61 per barel.
“Tidak jelas kapan ekonomi dunia akan pulih dan permintaan kembali normal. Ekonomi-ekonomi terbesar di dunia mengalami pertumbuhan negatif, mengurangi permintaan mereka akan produk-produk bahan bakar, dan sebagai konsekuensinya juga minyak mentah,” kata Zanganeh seperti dilansir VOA Indonesia, Jakarta, Selasa (26/5/2020).
Baca Juga: Jatuhnya Harga Minyak Seharusnya Jadi Momentum Bangun Ketahanan Internasional
Zanganeh juga mengatakan, Turki tidak menyambut tawaran Iran untuk memperbaiki saluran pipa gas alam di wilayah Turki, yang menyalurkan sekitar 10 miliar meter kubik gas ke Turki, setiap tahunnya. Saluran itu rusak akibat ledakan pada Maret dan menghentikan aliran gas alam Teheran ke Turki.
“Karena ledakan tersebut, ekspor gas kami ke negara tersebut terhenti. Meski hanya memerlukan waktu beberapa hari untuk memperbaikinya, pihak Turki belum memperbaikinya,” kata Zanganeh.
(Dani Jumadil Akhir)