JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong percepatan capaian bauran energi 23% pada tahun 2025 melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, ada beberapa program untuk mempercepat pengembangan PLTS. Salah satunya PLTS terapung yang saat ini tengah disusun dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Menurut dia, potensi PLTS terapung dari danau, waduk, dan bendungan di Jawa mencapai 1.900 MW.
Baca juga: Contek Abu Dhabi, RI Bangun Taman Panel Surya di Indonesia Timur
"Kalau per angka sudah ada 1.900 MW yang akan kami masukkan untuk mendorong pemanfaatan tenaga surya di danau. Contoh yang sekarang berjalan adalah PLTS terapung di Cirata yang angkanya sudah cukup baik dari sisi harga sudah bisa masuk di bawah BPP (Biaya Pokok Penyediaan) listrik pembangkitan Jawa," ujarnya pada acara Central Java Solar Day 2021 secara virtual, Selasa (16/2/2021).
Menurut dia, akan lebih baik lagi jika pengembangan PLTS ini dikombinasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Dia melanjutkan, hampir semua PLTA digunakan sebagai peaker yang hanya digunakan saat beban puncak dan tidak dapat digunakan selama 24 jam karena ketersediaannya semakin terbatas.
Baca juga: PLTS Cirata Mulai Dibangun, Terbesar di Asean!
"Umumnya dilakukan pada sore hari sehingga siangnya PLTA ini diganti dengan PLTS. Jadi kita tidak menambah kapasitas secara perhitungan tetapi meningkatkan waktu operasi dari PLTA tersebut yang akan disuplai dari PLTS. Secara harga bagus, secara prinsip juga relatif lebih sederhana karena tidak perlu pembebasan lahan dan kita bisa bermain di kapasitas yang cukup besar," paparnya.
Dadan menuturkan, pemerintah juga akan mendorong konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke PLTS. Rencananya ada sekitar 200 MW PLTD yang akan dikonversi menjadi PLTS di tahun ini.