Biasanya, mereka ingin mendapatkan persentase kepemilikan saham di perusahaan tersebut dengan harapan bisa ikut menikmati pertumbuhan tempat uangnya dikucurkan.
"Jadi biasanya mereka mensupport startup itu secara strategis melalui network mereka, sehingga bisa menjadi lebih besar," ujar Haryanto.
Kemudian adalah accelerator alias program-program yang dibuat baik oleh pemerintah maupun swasta untuk membina berbagai macam startup, sekaligus mendukung pertumbuhan mereka.
"Biasanya mereka (accelerator) juga memberikan funding pada saat di akhir program," ungkapnya.
Crowdfunding juga menjadi sumber pendanaan yang bisa dilakukan para pendiri startup. Haryanto mengatakan skema pendanaan ini bisa dilakukan dengan mengakumulasikan investor ritel dengan modal yang tipis, dengan berbagai macam skema.
"Jadi kerjaannya adalah ngumpulin uang, uangnya ga besar. Tapi jumlah investornya itu banyak sekali. Jadi tujuannya adalah ngumpulin dari berbagai sumber," bebernya.
Terakhir adalah venture capital, yakni perusahaan investasi yang memang fokus untuk menanamkan modalnya di berbagai macam usaha, termasuk startup. Dengan menyebar suntikan modal, para penanam modal ini mengharapkan portofolio investasi mereka dapat berkembang sekaligus tumbuh.
"VC ini memiliki risk appetite yang tinggi, mengapa, karena mereka dengan penuh kesadaran, menyadari bahwa startup ini memiliki uncertainty, bisa berhasil, bisa jackpot, bisa saja gagal. Tapi mereka memang seperti itu, dan mereka invesT di banyak sekali startup," pungkasnya.