JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 15 poin di level Rp14.981 atas dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan sore ini.
Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi, mengatakan salah satu faktor pemicu menguatnya mata uang garuda ini, justru karena banyak negara yang berpotensi mengalami resesi ekonomi termasuk Indonesia.
"Ada 15 daftar negara yang berpotensi mengalami resesi ekonomi dan Indonesia berada pada urutan ke 14. Namun, Indonesia kalau dilihat dari kondisi ekonomi saat ini, kemungkinannya sangat kecil untuk terdampak resesi karena saat ini Indoensia terus menjaga momentum pemulihan ekonominya pasca Covid-19 dengan berbagai instrumen kebijakan yang relatif aman," ujar Ibrahim dalam rilis hariannya, Senin (18/7/2022).
BACA JUGA:Indeks Dolar AS Menguat ke Level Tertinggi dalam 2 dekadeLebih lanjut kata dia, inflasi di negara-negara maju dan negara berkembang saat ini tidak semata-mata disebabkan oleh disrupsi global saja. Sebagian besar disebabkan oleh kebijakan internal negara masing-masing.
Sedangkan, inflasi global sudah dimulai sejak masa pandemi Covid-19 ketika pemerintah di masing-masing negara mulai menyuntikkan paket stimulus ke dalam ekonominya. Permintaan menjadi naik namun dari sisi suplai masih terganggu sehingga harga komoditas menjadi tinggi.
"Kemudian, diperparah dengan adanya perang Rusia-Ukraina karena Rusia adalah salah satu negara eksporter minyak terbesar di dunia dan Ukraina adalah salah satu negara pengekspor gandum dan minyak biji matahari," katanya.
Lebih lanjut dia memprediksi, untuk perdagangan besok, Selasa (19/7/2022) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.960 - Rp15.010.
(Zuhirna Wulan Dilla)