Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Wawancara CEO Metrodata: 40 Tahun Berkiprah di Perusahaan IT

Danang Sugianto , Jurnalis-Selasa, 01 Desember 2015 |18:49 WIB
Wawancara CEO Metrodata: 40 Tahun Berkiprah di Perusahaan IT
Direktur Utama Metrodata Susanto Djaj. (Foto: LinkedIn)
A
A
A

JAKARTA - Pada kuartal III-2015 PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) menorehkan kinerja yang cukup baik. Tercatat laba bersih perseroan tumbuh 14,25 persen dari periode sama di tahun sebelumnya sebesar Rp165,15 miliar menjadi Rp188,67 miliar.

Lalu apa sebenarnya yang membuat kinerja MTDL masih gemilang, setelah berkiprah selama 40 tahun, di tengah banyaknya perusahaan sejenis yang menorehkan rapor merah di kuartal III-2015. Berikut hasil wawancara dengan Direktur Utama Metrodata Susanto Djaj yang disiarkan oleh IBCM-IDX Channel, Selasa (1/12/2015).

Pada kuartal III-2015 Metrodata mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 14,82 persen, bisa dijelaskan apa saja penopang kenaikan kinerja tersebut?

Sebenarnya saat ini lini usaha kami ditopang tiga sektor, pertama ICT (Information and Communications Technology) distribution, yakni kami mendistribusikan hardware, software dan teknologi komunikasi kepada dealer-dealer di seluruh Indonesia. Kedua ICT solution yakni, kami langsung melayani perusahaan dan entreprise untuk kebutuhan infrastruktur IT maupun aplikasi IT.

Ketiga kami memiliki divisi ICT consulting, dimana kami mengimplementasikan aplikasi untuk bisnis itu membutuhkan Enterprice Resource Planning (ERP) dan business intelegent, di situ kami bermain di sisi oracle.

Itu sudah berlangsung dari saat ini atau sudah dari beberapa tahun sebelumnya?

Sebenarnya untuk ICT distribution sudah dimulai pada saat Metrodata mulai berdiri. Sedangkan ICP solution baru di mulai sekitar 1996-1997 pada saat jelang krisis moneter. Sedangkan untuk ICT consulting baru dimulai sekitar lima tahun yang lalu.

Untuk ICT distribution dulu kami hanya menjual bisnis hardware seperti desktop, notebook dan printer. Kemudian kami beralih ke software pada lima tahun lalu. Tapi pada satu tahun yang lalu kami mulai mendistribusikan teknologi komunikasi yang menjadi satu tambahan produk unggulan utama dari kami.

Apakah raihan dari kinerja perusahaan saat ini sudah sesuai dengan ekspektasi?

Setelah melihat kinerja di kuartal II dan III tahun ini, kami optimis untuk mencapai target di 2015. Sebenarnya pada saat di akhir kuartal I dan II, kami mengalami rasa keraguan untuk mencapai target dan mau merevisi. Tapi setelah kami lihat lagi dan ditopang meningkatkan penjualan distribusi di bidang telekomunikasi, kami yakin akan mencapai topline di Rp9,5 triliun dan laba 190 miliar. Sedangkan kuartal ketiga ini kami melihat sudah sesuai dengan rencana pada awal tahun.

Apa yang menjadi keraguan pada saat masuk kuartal dua 2015 saat itu?

Itu disebabkan karena imbas dari pelemahan kurs. Jadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi sektor IT maupun sektor lainnya yang bergantung pada impor pasti selalu bergantung pada pergerakan kurs. Tapi kami melihat saat ini untuk pergerakan Rupiah sudah lumayan membaik, meskipun masih jauh dari sempurna.

Banyak pihak yang masih mengkhawatirkan pelemahan Rupiah, pasalnya masih ada kemungkinan The Fed menaikan suku bunganya. Anda melihat seberapa optimis menatap kinerja di 2016?

Untuk 2016 kami melihat ini bukan tahun yang mudah dibanding dua atau tiga tahun yang lalu. Tapi kami masih merasa cukup optimis, karena kami melihat kinerja dari pemerintah ada suatu optimisme dari pelaku pasar termasuk konsumen-konsumen kami. Seperti konsumen kami di sektor telekomunikasi itu belanja IT-nya sangat besar, sangat tergantung pada IT.

Karena jumlah pengguna provider telekomunikasi di Indonesia mungkin sudah melebihi jumlah populasi, karena jumlahnya sudah sekitar 270 juta. Itu kan mau tidak mau harus di maintanance perkembangannya, seperti perkembangan dari 2g, 3g lalu ke 4g. itu kan membutuhkan belanja IT. Kedua sektor financial services, industri perbankan di Indonesia dibanding 1998 saat ini sangat berbeda.

Meskipun saat ini ada penurunan kinerja dari beberapa bank, tapi secara umum masih ada yang flat bahkan tumbuh. Sehingga segmen perbankan dan lembaga keuangan saya yakin masih membutuhkan belanja IT. Ketiga energi resoucer dan pertambangan, walaupun saat ini tertekan karena masalah harga minyak, tapi belanja IT mereka juga tidak bisa ditahan. Karena IT ini saat ini sedang berubah dari evolusi menjadi revolusi yang sangat cepat.

Jadi permintaan saat ini lebih banyak dari sektor industri dibanding retail?

Kami memang melayani permintaan baik dari masyarakat secara retail maupun korporasi. keduanya kami fokus, sehingga jika kami mengalami pelemahan di korporasi pada kuartal II dan III, ah penjualan retail yang membantu kami. sehingga di kuartal keempat kami yakin sektor korporasi pasti akan melakukan belanja IT. Karena tidak mungkin budgetnya masih ditunda, karena ini merupakan persaingan mereka juga terhadap perusahaan lain.

Setelah sudah mendistribusikan hardware, software dan telekomunikasi, kira-kira di tahun depan akan ada apa lagi?

Dunia itu bergerak sangat cepat dan sangat dinamis, sehingga sebenarnya kami melihat in future everything will be digital dan digital will be everything. Dengan demikian tren dari ICT di dunia, suka tidak suka Indonesia harus mengikuti. Sehinga kami memiliki lima pilar strategi yang akan kami lontarkan di 2016, pertama tren cloud computing, hari ini bagai perusahaan besar kalau mau membeli hardware pakai budgeting, sekarang beli hardware cukup membeli berdasarkan yang anda butuh.

Kedua mobility, baik mobile devices yang kami distribusikan maupun aplikasi yang bersifat mobile. Karena seharusnya saat ini karyawan bisa mengakses perusahaan dengan menggunakan perangkat mobile saja, tidak perlu kembali kantor. Ketiga karena terlalu banyak data kami melihat ada tren big data dan business intelegent. Keempat karena cenderung semua sudah digital, kami melihat security sangat dibutuhkan dan bukan hanya semata-mata antivirus saja.

Terakhir kami melihat hari ini sosial media itu membuat gelombang baru untuk bisnis berjalan dengan sesuatu yang berbeda.

Dari rencana pengembangan lima pilar tersebut kira-kira perusahaan akan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) seberapa besar?

Sebenarnya lima pilar itu hanya kemasan dan bagaimana kami menyampaikan ke masyarakat. Tapi sebenarnya ada satu lagi yang membutuhkan capex yakni kami berencana akan membangun sarana infrastruktur logistik yang lebih modern. karena bisnis kami 60 persen ditopang oleh ICT Distribution. untuk distribusi perangkat hardware dibutuhkan sentra warehouse di seluruh Indonesia.

Hari ini sebenarnya kami bekerja sama dengan perusahaan logistik lain untuk hal itu, tapi kami berencana untuk memiliki sendiri. Agar daya saing kami bisa bertambah. Jadi kami ingin berinvestasi di sentra warehouse yang berlokasi di Jakarta. Dari situ akan mendistribusikan hardware ke seluruh ICT warehose di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Jadi perkiraan capex tahun depan sekitar Rp150 miliar.

Cukup mudah untuk menjalankan itu semua?

Sebenarnya tantangan utama yang kami hadapi saat ini adalah langkanya ketersediaan SDM yang terlatih dan ahli. Memang kami Metrodata sebenarnya lebih dikenal sebagai perusahaan yang mencetak SDM di bidang IT baik sebagai profesional maupun entrepreneur. kami cenderung sekarang banyak anak muda yang menyukai jurusan IT.

Tapi poinnya kami menyaring SDM dengan tiga nilai, yakni integritas,profesionalisme dan entrepreneurship. Generasi muda saat ini yang belum terlatih cenderung hanya mempunyai karakter profesionalisme. padahal integritas dan entrepreneurship ini sangat penting.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement