SURABAYA - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X mengembangkan industri hilir tebu dengan mengerjakan proyek pengembangan bioetanol di Pabrik Gula (PG) Gempolkepro, Mojokerto. Nilai investasinya mencapai Rp467,9 miliar.
Proyek pengembangan ini bekerja sama dengan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) Jepang.
"Total investasi mencapai Rp467,79 miliar dengan skema pendanaan terdiri atas hibah NEDO Jepang Rp154 miliar dan dana PTPN X Rp313,79 miliar," ujar Direktur Utama PTPN X Subiyono, dalam keterangan tertulis, Rabu (30/5/2012).
Dijelaskan Subiyono, Pabrik itu berkapasitas sekira 330ribu kiloliter bioetanol per tahun dan membutuhkan bahan baku tebu hingga 120ribu ton molases atau tetes tebu yang akan diambil dari PG milik PTPN X.
"Perusahaan gula yang terintegrasi dengan pabrik bioetanol adalah upaya untuk membangun model industri gula modern yang menggarap semua potensi dari hulu hingga hilir," tambah Subiyono.
Saat ini, menurut Subiyono, pembangunan tangki fermentor dan penyimpanan di area fermentasi pabrik telah tuntas. Semua konstruksi pabrik yang akan berdiri di atas lahan seluas 6,5 hektar itu akan selesai pada Oktober tahun ini.
"Proses pembangunan diawasi oleh supervisor dari Saporo Engineering (SEG) Jepang. Semua pembangunan pabrik memakai komponen lokal, kecuali bahan pelat tangki yang diimpor dari Jepang," jelas dia.
Setelah konstruksinya selesai, uji coba dan demonstrasi produksi akan dilakukan awal tahun depan sehingga pada Februari 2013 mendatang, proyek akan diterminasi sebelum resmi beroperasi.
"Pabrik itu akan menghasilkan etanol fuel grade dengan tingkat kemurnian 99,5 persen. Artinya, produk etanolnya sangat ramah lingkungan," tuturnya.
Pengembangaan bioetanol, ditambahkannya, merupakan bagian dari diversifikasi usaha dan merupakan upaya untuk mewujudkan industri berbasis tebu (sugarcane based industry).
"Selama ini,Pabrik gula hanya menyuplai bahan baku bagian dari tebu ke pabrik lain yang mengembangkan produk turunannya sehingga PG tidak mendapatkan nilai tambah secara optimal dari tebu yang diolahnya," tambahnya
Menurut Subiyono, syarat dari optimalisasi produk turunan tersebut adalah membangun agribisnis tebu dengan memadukan kecanggihan sektor industri yang berdaya saing dan sektor pertanian yang tangguh.
"Inilah masa depan PG BUMN di mana ada transformasi dari pabrik penghasil gula semata menjadi industri berbasis tebu yang terintegrasi," tandasnya. (gna)
(Rani Hardjanti)