Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dahlan Ancam Hancurkan Pabrik Gula di Karanganyar

Bramantyo , Jurnalis-Jum'at, 28 Juni 2013 |10:08 WIB
Dahlan Ancam Hancurkan Pabrik Gula di Karanganyar
Menteri BUMN, Dahlan Iskan. (Foto: Okezone)
A
A
A

KARANGANYAR - Para petani tebu di Karanganyar mengklaim telah mengalami kerugian dalam beberapa panen terakhir. Padahal, para petani tebu lainnya malah mampu meraup keuntungan tinggi.

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan, dari laporan tiga petani tebu, menyatakan terdapat kerugian mereka selama panen. Menurutnya, areal tebu yang mereka miliki cukup luas, namun mereka masih merugi.

"Ini jelas-jelas ada yang salah. Seharusnya dengan luas tanah yang dimiliki,seharusnya  para petani tebu mendapatkan keuntungan. Ini terus terang menarik perhatian saya," ujarnya di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis 27 Juni malam.

"Mari kita buka-bukaan. Saya akan pelajari ini. Bila nantinya pabrik gula yang salah, maka akan saya hancurkan. Kalau pupuk yang salah, maka akan saya hancurkan," tambah dia

Ancaman tersebut dikeluarkan Dahlan Iskan, seusai mendengarkan langsung keluhan yang disampaikan para petani tebu di Karanganyar, Jawa Tengah. Pasalnya, bila para petani tebu mogok tidak lagi mau menanam tebu, karena kerugian yang dideritanya, bukan pabrik gula yang akan dirugikan, melainkan negara.

Dahlan menambahkan, apa yang dialami para petani tebu di Karanganyar, merupakan ancaman serius yang segera harus dipecahkan. Sebab, bila dibiarkan begitu saja, Indonesia bisa kembali kebanjiran gula impor.

"Seharusnya dengan 66 persen diambil petani, yang 34 persen diambil pihak PTP, para petani seharusnya mendapatkan keuntungan rata-rata Rp 1 miliar. Sehingga harga gula tetap Rp 1800. Namun, bila harga gula dalam negeri lebih tinggi dari harga gula impor. Bisa dipastikan, Indonesia akan kebanjiran gula Impor lagi," katanya.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement