JAKARTA - Pemerintah akhirnya mengalokasikan dana sebesar Rp2 triliun sebagai dana darurat (kontijensi) untuk mengantisipasi lonjakan harga-harga kebutuhan pokok. Dana ini diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010.
"Dana kontijensi itu kita anggarkan Rp1 triliun untuk cadangan beras dan Rp1 triliun untuk cadangan stabilisasi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa dalam diskusi bersama media di kantornya di Jakarta.
Hatta menegaskan,dana kontijensi adalah dana cadangan yang tidak akan digunakan kecuali jika Indonesia benar-benar berada dalam kondisi krisis pangan.Dana itu disediakan selain sebagai antisipasi terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok jelang perayaan hari besar keagamaan, juga untuk mengantisipasi perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia. Perubahan iklim disinyalir telah membuat harga pangan dunia meningkat.
"Akan ada tim yang mengawasi perkembangan harga pangan dunia juga mengawasi harga dalam negeri," kata Hatta.
Pemerintah, lanjut dia, juga akan memantau upaya peningkatan produksi dalam negeri. "Kita setiap minggu selalu mengadakan rapat memantau laporan harian harga pangan," katanya.
Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengungkapkan, dua faktor yang perlu diwaspadai terkait kenaikan harga yaitu jumlah pasokan bahan pokok dan pengaruh cuaca. "Tapi,bagaimanapun keadaannya kita telah siapkan dana kontijensi tersebut," ujarnya.
Pengawasan harga,kata Mari, akan dilakukan pada harga gandum. Kenaikan harga gandum disinyalir karena negara-negara Eropa sudah menyetop ekspor gandumnya akibat beberapa hal seperti gelombang panas di Rusia. Jika gandum naik, harga jagung akan naik dan akan diikuti oleh kenaikan harga minyak kelapa sawit. Indonesia masih beruntung karena asosiasi produsen tepung terigu tidak akan menaikkan harga hingga Lebaran. Selanjutnya bergantung faktor harga gandum.
Berdasarkan data The International Grain Council (IGC), produksi serealia dunia turun 3,4 persen pada 2009-2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan stok pangan dunia pada periode itu juga turun 4,3 persen. Sebaliknya, kebutuhan pangan akan meningkat 0,8 persen.
(Widi Agustian)