JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati kembali memberikan kuliah umum kepada mahasiswa dari perguruan tinggi di Indonesia.
Namun kali ini bukan Menkeu yang mendatangi universitas tapi mahasiswa yang datang ke kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) untuk ikut kuliah umum.
Sri Mulyani mengatakan kepada mahasiswa yang hadir, kuliah umum ini dilakukan agara mahasiswa lebih mengerti pentingnya suatu perpajakan dalam satu negara.
"Ini memberikan konteks kepada para mahasiswa mengenai sebetulnya mengurus keuangan negara itu untuk apa dan bagaimana, sehingga kemudian bisa melihat di dalam perspektif di mana salah elemen keuangan negara, pajak itu sedemikian penting," ungkapnya di Ditjen Pajak Pusat, Jakarta, Jumat (11/8/2017).
Baca Juga:
Tingkatkan Kesadaran, Pegawai Pajak Bakal Ngajar ke Sekolah hingga Kampus
Panggil Sri Mulyani, Menko Darmin Bahas Implementasi Paket Kebijakan Jilid XV
Selanjutnya, Sri Mulyani mengatakan bahwa setelah merdeka sejak 17 Agustus 1945 pun tidak ada yang bisa menjamin bahwa Indonesia bisa sepenuhnya merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Sehingga saat ini untuk mencapai kemerdekaan seutuhnya harus dilakukan oleh masyarakat sendiri terutama kaum muda.
"Selanjutnya untuk mencapai cita-cita menjadi negara yang terus bersatu berdaulat, adil dan makmur dan bersatu itu adalah perjuangan yang terus harus kita lakukan estafet itu sekarang ada di tangan kita," jelasnya.
"Estafet menjaga RI untuk terus merdeka adalah tugas terus-menerus, itu bukan sesuatu yang sesudah merdeka kita boleh leha-leha dan itu terjadi dengan sendirinya," imbuhnya.
Sehingga untuk memerdekan Indonesia adalah dengan megumpulkan aset dan perpajakan yang baik. Pertama pasti dilakukan dengan masyarakatnya yang kreatif dan cerdas. Oleh karena itu kumpulkan pajak yang banyak untuk membantu masyarakat yang tidak mampu untuk terus berkembang menjadi cerdas.
"Kalau suatu bangsa asetnya atau kekayaan yang paling penting adalah manusianya maka Indonesia boleh berbangga dan kita akan menjadi negara besar karena asetnya sangat besar dengan manusianya 257.000 juta jiwa," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)