JAKARTA - Setelah mengembangkan aspal berbahan plastik di Bali beberapa waktu lalu, kali ini teknologi kembali di uji coba di kota lainnya. Adalah Bekasi yang menjadi kota kedua yang turut merasakan percobaan limbah plastik untuk bahan aspal.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, penggunaan sampah plastik memiliki dampak yang sangat luar biasa. Khususnya dampak terhadap lingkungan, kesehatan hingga pariwisata.
"Dampaknya ini sangat luar biasa. Kita pikir ini ngurusin plastic bag, padahal dampak ke pariwisata dan kesehatan akan luar biasa. Karena kalau plastik sudah bermuara di laut, dimakan ikan, dan ikan dimakan oleh manusia, akan berdampak sangat tidak baik buat kesehatan. Sama halnya dengan penumpukan plastik di pantai-pantai pariwisata," ujarnya saat ditemui dalam peninjauan teknologi sampah plastik untuk bahan jalan di Bekasi, Sabtu (16/9/2017).
Baca juga: Ngaspal Jalan Bekasi, Menko Luhut: Manfaatkan Limbah Plastik Jadi Bahan Berguna
Menurut Luhut, langkah ini sebagai bukti penanganan limbah plastik menjadi salah satu upaya untuk mengantisipasi pemanasan global. Terutama jenis plastik yang nondegradable (tidak bisa terurai) atau plastik yang memiliki waktu urai cukup lama.
Jenis limbah itu akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan dapat mengakibatkan banjir karena tersumbatnya saluran air. Manfaatkan limbah plastik sebagai bahan tambah pada campuran aspal panas adalah sebagai salah satu solusi bagi permasalahan limbah plastik yang merupakan wujud dari kepedulian terhadap lingkungan.
Baca Juga: Bikin Aspal dari Limbah Plastik, 16 Kota Besar Bakal Kumpulkan dan Pilah Sampah
"Indonesia diklaim menjadi negeri plastik sampah terbesar di dunia kedua," jelasnya.
Selain itu, hal ini juga seiring dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJ MN) 2015-20l9 tercatat Indonesia akan membangun 2.600 km jalan nasional, 1.000 km jalan tol dan pekerjaan pemeliharaan di semua wilayah dengan kebutuhan aspal sekitar 1,5 juta ton/tahun
(Rizkie Fauzian)