BEKASI - Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya untuk memperbaiki citra buruk terhadap tuduhan dunia. Dimana hampir seluruh negara dunia menuding jika Indonesia merupakan salah satu negara dengan pencemaran sampah plastik terbesar di dunia.
Salah satu yang tengah dikerjakan adalah pemanfaat sampah plastik untuk bahan aspal jalan. Pembangunan dengan bahan aspal sampah plastik dilakukan dengan porsi 10% untuk sampah plastik dan 90% aspal.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan meskipun bahan aspal dicampur dengan bahan sampah plastik, namun hal tersebut tidak akan sedikitpun mengurangi kualitas dari jalan yang dibangun. Justru pencampuran aspal dengan sampah plastik bisa memperkuat daya rekat jalan.
"Bebannya itu sesuai kelas jalan, jadi sama. Ini tidak mengurangi kualitas jalan malah menambah perekat jalan," ujarnya saat ditemui di Bekasi, Sabtu (16/9/2017).
Baca Juga: Setelah Bekasi, Jalan Tol Tangerang-Merak Bakal Gunakan Aspal dari Limbah Plastik
Basuki menjelaskan, jalan aspal bercampur plastik aman terhadap racun. Karena sampah plastik baru akan menimbulkan racun apabila suhu campuran keduanya melebihi batasan suhu aspal ditetapkan.
"Ini aman terhadap racun, suhunya kan hanya 150. Dia baru terdegradasi kalau suhunya 280 derajat, itu baru keluarkan racun. Ini masih di bawah, itu sesuai dengan penelitian kami," jelasnya.
Baca Juga: Soal Limbah Plastik Jadi Aspal, Menko Luhut Minta Libatkan Pemulung
Sementara itu ditempat yang sama, Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Deded P Syamsudin mengatakan aspal campur plastik juga mampu menahan gempuran air yang selama ini membuat jalan rentan rusak. Hak tersebut setelah dilakukan uji Laboratoium Badan Penilitian dan Pengembangan (Balitbang) PUPR.
"Ketahanan terhadap air, stabilitas keawetannya lebih tinggi. Hanya memang karena tambah harga plastik, jadi lebih mahal sekitar 2% dari aspal biasa tapi kualitasnya lebih tinggi," kata Deded
Sebagai informasi, dengan asumsi tebal lapisan jalan 4 cm, dan lebar jalan antara 7-14 m, maka untuk 1 km jalan dapat menyerap 2,5-5 ton limbah plastik. Biaya tambahan yang diperlukan berkisar 1-2% lebih banyak dari lapisan aspal konvensional.
(Martin Bagya Kertiyasa)