JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan penyaluran kredit perbankan pada periode laporan tercatat sebesar Rp4.989,8 triliun atau tumbuh 11,0% (yoy) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 10,5% (yoy) yang mencapai Rp4.992,2 triliun.
Peningkatan penyaluran kredit terjadi pada debitur korporasi maupun debitur perorangan dengan pangsa masing-masing 49,7% dan 46,1% dari total kredit. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, pertumbuhan kredit korporasi tercatat sebesar 12,7% (yoy), meningkat dibandingkan bulan se belumnya sebesar 12,1% (yoy). Sementara kredit untuk debitur perseorangan tumbuh 9,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,9% (yoy). “Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan pertumbuhan kredit perbankan terjadi pada seluruh jenis penggunaannya,” ujar Agusman di Jakarta.
Tercatat Kredit Investasi (KI) tumbuh meningkat dari 9,4% (yoy) pada Juni 2018 menjadi 9,9% (yoy) terutama terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang tumbuh meningkat dari 5,1% (yoy) menjadi 7,2% (yoy). Peningkatan pertumbuhan KI sektor PHR khususnya terjadi pada subsektor perdagangan ekspor minyak biji kelapa sawit mentah di wilayah Sumatera Utara dan JawaTimur. Sementara peningkatan pertumbuhan KI juga terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dari tumbuh 7,3% (yoy) menjadi 8,0% (yoy). Peningkatan tersebut terutama pada KI yang disalurkan pada perusahaan subsektor perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara dan Kalimantan Barat.
“Kredit Modal Kerja (KMK) tumbuh meningkat dari 11,0% (yoy) menjadi 11,5% (yoy) terutama disebabkan oleh akselerasi penyaluran KMK pada sektor PHR dan sektor industri pengolahan,” katanya. KMK Sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan menjadi sebesar 9,8% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,7% (yoy). Menurut Agusman, akselerasi tersebut terutama didorong oleh KMK yang disalurkan untuk perusahaan perdagangan minyak kelapa sawit di Sumatera Utara dan DKI Jakarta.
“Peningkatan penyaluran kredit pada komoditi sawit dan turunannya tersebut seiring dengan penerapan program pemerintah Mandatori Biodiesel B20 pada September 2018, karena biodiesel B20 merupakan per paduan 80% solar minyak bumi dengan 20% biodiesel yang di hasilkan dari produk pertanian seperti minyak kelapa sawit,” katanya. Akselerasi pertanian seperti minyak kelapa sawit. Akselerasi pertumbuhan juga didorong KMK yang disalurkan untuk sektor industri pengolahan tercatat mengalami kenaikan dari 9,8% (yoy) menjadi 10,1% (yoy) pada Juli 2018, didorong pertumbuhan subsektor industri pupuk di Sumatera Selatan dan Jawa Barat serta subsektor industri kimia dasar di wilayah Banten.
Sementara itu, kata dia, Kredit Konsumsi (KK) tercatat tumbuh meningkat dari 10,6% (yoy) pada Juni 2018 menjadi 11,3% (yoy) disebabkan oleh akselerasi KPR, KKB, dan Kredit Multiguna masing-masing tumbuh sebesar 13,7% (yoy), 12,5% (yoy), dan 13,8% (yoy), lebih rendah di bandingkan per tumbuhan bulan sebelumnya sebesar 13,5% (yoy), 9,5% (yoy), dan 13,3% (yoy). Akselerasi juga terjadi pada penyaluran Kredit Properti yang meningkat dari 14,7% (yoy) menjadi 15,1% (yoy) pada seluruh subsektornya, yaitu KPR/KPA, Kredit Konstruksi, dan Kredit Real Estat. Pertumbuhan kredit KPR/ KPA meningkat dari 13,5% (yoy) menjadi 13,7% (yoy) terutama untuk KPR tipe di atas 70 yang berlokasi di DKI Jakarta dan Sumatera Utara.
Kredit untuk real estat tumbuh meningkat dari 11,9%(yoy) menjadi12,5%(yoy) pada bulan laporan khususnya kredit yang disalurkan pada subsektor real estat gedung perbelanjaan (mal/plaza) di wilayah Jawa Barat dan Banten. Chief Economist Treasury and Capital Market CIMB Niaga Adrian Panggabean menambahkan, pertumbuhan kredit perbankan pada 2018 akan berada di angka 8% sementara pertumbuhan investasi dalam PDB sebesar 5%. “Prospek pertumbuhan investasi dalam beberapa bulan ke depan diproyeksikan tertekan dan laju per tumbuhan kredit akan menurun dari proyeksi kami di angka 8,5% menjadi 8%,” katanya.
Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Pieter Abdullah Redjalam mengatakan, pertumbuhan kredit di Indonesia beberapa tahun terakhir terhambat oleh menurunnya harga komoditi. Menurut dia, beberapa bank bahkan menghentikan penyaluran kredit untuk sektor pertambangan dan perkebunan. “Perbaikan harga komoditi membuat perusahaan-perusahaan di sektor ini kembali mendapatkan keuntungan dan perbankan sudah kembali berani menyalurkan kredit, walaupun masih sangat selektif,” ujar Piter.
(Kunthi Fahmar Sandy)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)