Ekonomi RI Ingin Tumbuh 5,4%? Ini Syaratnya

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 03 Oktober 2018 11:57 WIB
Ilustrasi: Foto Koran Sindo
Share :

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi masih sesuai perkiraan Bank Indonesia (BI), yakni dalam kisaran 5%- 5,4%. Hal tersebut terutama ditopang oleh permintaan domestik.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman mengatakan, konsumsi akan tetap kuat didukung perbaikan pendapatan dan belanja terkait pemilihan umum (Pemilu).

Sementara investasi diprediksi masih tumbuh cukup tinggi ditopang baik investasi bangunan, terkait proyek infrastruktur dan properti, serta investasi nonbangunan.

“Akan tetapi, kenaikan pertumbuhan ekspor diperkirakan masih terbatas seiring ekspor pertanian yang masih lemah, sedangkan ekspor manufaktur membaik didukung subsektor kimia serta besi dan baja,” kata Agusman di Jakarta.

 Baca Juga: BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI 2018 di Bawah 5,2%

Adapun impor tetap tinggi dipengaruhi permintaan domestik yang tetap kuat, termasuk investasi yang mendorong impor barang modal tetap tinggi.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun di prediksi sebesar 5,1%.

Faktor utama disebabkan oleh melambatnya konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 56% dari PDB.

“Masyarakat kelas menengah dan atas menahan belanja karena efek pelemahan kurs rupiah, kekhawatiran naiknya harga minyak, isu pilpres, dan kenaikan suku bunga acuan,” ujar Bhima.

Sementara motor penggerak dari belanja pemerintah terbatas karena permasalahan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan belanja tahun politik yang sifatnya konsumtif, bukan produktif.

Baca Juga: Bank Pembangunan Asia: Fundamental Ekonomi Indonesia Kuat

Menurut dia, andalan investasi tumbuh melambat karena investor wait and see hasil pemilu. Selain itu, faktor global seperti perang dagang, kenaikan fed rate, juga mengubah rencana awal para investor. Di sisi lain, net ekspor tertekan proteksi dagang yang dilakukan oleh India. Harga komoditas andalan ekspor, yakni sawit dan karet, masih rendah.

“Impor migas makin tinggi seiring kebutuhan BBM yang naik. Harga minyak yang mahal juga menekan dari sisi nilai impor,” ungkap dia.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, langkah BI menaikkan suku bunga acuan akan me mengaruhi pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, langkah untuk menaikkan suku bunga diperlukan untuk meredam pelemahan nilai tukar Rupiah.

“Itu ditempuh karena memang The Fed juga menaikkan bunganya. Kalau enggak, ya kita akan tertekan lagi. Kalau stabilitasnya terancam, maka stabilitasnya dulu yang harus diurusin,” katanya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya