Laporan SPJ Berbelit-belit Salah Siapa? Presiden Jokowi: Yang Jelas Ini Menteri Keuangan

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis
Selasa 11 Desember 2018 14:55 WIB
Presiden Jokowi (Foto: Fakhri/Okezone)
Share :

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluhkan laporan surat pertanggungjawaban (SPJ) yang dinilai sangat menghamburkan energi. Lalu, siapa sosok yang membuat laporan SPJ menjadi berbelit-belit seperti ini.

“Saya enggak tahu yang dulu memulai siapa, yang mulai ini (laporan SPJ berbelit-belit) siapa? Yang jelas ini menteri keuangan, tapi bukan menteri keuangan yang sekarang. Saya tahu, menteri keuangan yang sekarang sudah berusaha motong-motong agar bisa segera (rampung SPJ),” kata presiden di Istana Negara, Jakarta, Selasa (11/12/2018).

Baca Juga: Cerita Presiden Jokowi Sidak Guru, Dinas PU hingga Kades yang Lembur Demi SPJ

Selanjutnya, dirinya telah bertemu dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Presiden pun meminta disiapkan prosedur SPJ yang akuntable tetapi tetap ringkas dan bisa cepat dikerjakan.

“Sekarang saya ketemu dengan IAI, saya minta tolong disiapkan sebuah prosedur yang orientasinya bukan performa tapi substansi. Enggak usah banyak-banyak prosedur, Bagaimana bisa memotong agar bisa cepat. Karena menurut saya prinsip akuntansi kan cepat, murah, aman. Kan itu, bukan berorientasi pada prosedur yang berbelit-belit,” jelas Presiden.

 

Menurutnya, administrasi negara harus disederhanakan agar pimpinan kementerian/lembaga serta pemerintah daerah bisa merespons cepat perubahan global yang berjalan sangat cepat. “Tapi kita terbentur dengan aturan orientasi bukan hanya outcome tapi juga output. Sekali lagi akuntasi jangan mempersulit langkah yang membuat kita ke jebakan-jebakan kesalahan,” imbuh dia.

Presiden menjelaskan, pengelolaan administrasi negara sekarang ini harus mengacu prinsip akuntabilitas, efisiensi, orientasi hasil dan kecepatan.

“Sehingga jangan punya sistem akuntansi yang hanya membuat kita menghemat biaya langsung tapi juga memperbesar opportuninty cost, penundaan, kelambanan, ketidakberanian kita berinovasi. Opportunity cost sangat besar, jangan sampai akuntabilitas dan efisiensi yang besar kita harus menanggung opportunity cost yang sangat mahal dan kehilangan kesempatan berinovasi,” jelas dia.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya