IHSG Bisa Tembus Level 6.700 Tahun Depan

Koran SINDO, Jurnalis
Senin 31 Desember 2018 11:31 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (Ilustrasi: Shutterstock)
Share :

JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pekan pertama tahun 2019 ini masih akan dipengaruhi oleh situasi ekonomi global seperti perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

Namun, sejumlah analis masih optimistis IHSG akan kembali ke level 6.500 hingga tembus 6.700. IHSG ditutup menguat pada akhir perdagangan 2018. Akhir pekan lalu IHSG ditutup pada level 6.194,50 atau menguat 0,06% dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir indeks saham naik 0,5%. Pada penutupan perdagangan di pasar modal akhir pekan lalu investor asing juga mencatatkan beli bersih (net buy) sebesar Rp857,07 miliar. Aksi beli ini lanjutan dari hari sebelumnya. Dengan demikian, dalam sepekan total net buy investor asing mencapai Rp890,75 miliar.

Baca Juga: IHSG Akhir Tahun 6.194, Presiden Jokowi: Sesuai Target

Senior Advisor CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, pergerakan IHSG sepanjang 2018 tidak dipungkiri terimbas oleh berbagai sentimen, baik dari dalam maupun global, tetapi tampaknya IHSG lebih banyak terpengaruh oleh sentimen global. Hingga akhir November 2018 IHSG justru tercatat turun sebanyak 4,71% secara year on year (YoY). Sentimen dari global, terutama dari AS, memengaruhi seluruh bursa saham global. Tak terkecuali IHSG yang turut terpengaruh sentimen global tersebut.

 

Beberapa sentimen utama yang memengaruhi pergerakan IHSG di antaranya keputusan The Fed yang telah menaikkan suku bunga acuannya, berbagai komentar mau pun cuitan Twitter Presiden Trump dalam menanggapi pemerintahan maupun kondisi ekonomi AS, masih ada potensi perang dagang antara AS dan China, hingga kondisi di Uni Eropa. Sementara kondisi di dalam negeri relatif masih terjaga atau dalam arti tidaklah terlalu buruk meski juga dibarengi dengan rilis negatif dari tercatatnya defisit neraca pembayaran dan perdagangan hingga melemahnya nilai tukar rupiah.

Adapun berbagai kondisi internal tersebut dapat dikatakan merupakan imbas dari global. Imbas dari global tersebut memengaruhi pergerakan dari nilai tukar rupiah yang berujung pada pelemahan. Selain itu, banyak komentar negatif terkait dengan pengelolaan ekonomi Indonesia dimana masih terdapat defisit neraca dan penambahan utang juga turut memengaruhi pergerakan IHSG. Padahal, kata dia, terjadinya defisit neraca perdagangan dan pembayaran tersebut juga disebabkan konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih banyak menggunakan barang-barang impor dan masih besarnya ketergantungan ekspor Indonesia pada barang-barang mentah, baik berupa minyak dan gas bumi (migas) maupun berupa bahan bakar mineral dan minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya