JAKARTA – Memasuki awal 2019, pemerintah mematok harga batu bara untuk penjualan langsung (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara "free on board" di atas kapal pengangkut (FOB Veseel) sebesar USD92,41 per ton.
Harga Batu bara Acuan (HBA) Januari 2019 ditetapkan oleh Menteri ESDM dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 01/K/30/MEM/2019 sebesar USD92,41/ton atau turun tipis USD0,10 /ton dari Desember 2018, berdasarkan data dari Kementerian ESDM, dilansir dari Harian Neraca, Rabu (9/1/2019).
HBA bulan ini melanjutkan tren penurunan sejak lima bulan terakhir, yaitu Agustus (USD107,83/ton), September (USD104,81/ton), Oktober (USD100,89/ton), November (USD97,90/ton) dan Desember (USD92,51/ton).
Baca Juga: Permintaan Batu Bara Global Diprediksi Naik hingga 2023
Angka HBA ini masih relatif stabil bila dibandingkan dengan HBA bulan yang sama pada 2018 yaitu USD95,54/ton. Penurunan HBA Januari 2019 ini disebabkan karena kebijakan pembatasan impor batu bara oleh pemerintah Tiongkok. Sedangkan di sisi lain, pasar batu bara global mengalami kelebihan pasokan. Hal tersebut juga yang menyebabkan harga batu bara melemah sejak beberapa bulan terakhir.
Nilai HBA sendiri diperoleh rata-rata empat indeks harga batu bara yang umum digunakan dalam perdagangan batu bara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
Penentuan ini disetarakan pada nilai kalori batu bara 6.322 kcal per kilogram Gross As Received (GAR), kandungan air (total moisture) 8%, kandungan sulfur 0,8% as received (ar), dan kandungan ash 15%.
Sementara itu, harga minyak dunia naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah diperdagangkan berfluktuasi, menyusul hasil survei terpisah yang menunjukkan produksi minyak mentah di produsen-produsen minyak utama menurun.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memproduksi 32,68 juta barel per hari (bpd) pada bulan lalu, turun 460.000 barel per hari dari November, dan merupakan penurunan bulan ke bulan terbesar sejak Januari 2017, kata survei Reuters, sebagaimana disalin dari Antara.
Sementara itu, survei oleh Bloomberg menunjukkan produksi minyak dari OPEC turun 530.000 barel per hari menjadi 32,6 juta barel per hari pada Desember, juga merupakan penurunan paling tajam sejak Januari 2017.