JAKARTA – Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) meminta PT KAI dan Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengevaluasi operasional commuterline menyusul anjloknya KA 1722 relasi Jatinegara-Bogor di ruas Stasiun Cilebut-Bogor.
“Ini masalah besar, intinya jangan sampai hal ini terulang kembali. Saya sudah minta semua pihak mengevaluasi kejadian ini,” kata Ketua BPTJ Bambang Prihartono, kemarin. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, namun tercatat 17 penumpang mengalami luka parah, termasuk masinis KRL, Yacub, 31, saat insiden tersebut terjadi. Menurut Bambang, BPTJ masih menunggu hasil Investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). “BPTJ meyakini masalah infrastruktur menjadi penyebab anjloknya kereta. Pemeliharaan harus dilakukan demi mengantisipasi kejadian terulang,” katanya.
Baca Juga: KRL Jakarta-Bogor Sudah Beroperasi Normal, Batas Kecepatan 40/Km
Bambang menilai masalah ini tak lepas dari sterilisasi yang belum menyeluruh. Dia tidak menampik di sekitar stasiun Jabodetabek masih banyak rumah penduduk yang menguasai jalur kereta. Selain berbahaya bagi penduduk, perjalanan kereta juga terganggu. “Saya telah meminta untuk menggencarkan penindakan. Sejauh ini kami sudah berusaha, tapi hasilnya belum puas, masih kami rancang beberapa formulanya,” katanya. Vice President PT KCI Eva Chairunissa menjelaskan, rangkaian kereta yang anjlok berhasil dievakuasi pada pukul 01.50 WIB dan langsung dibawa ke Dipo KRL Bogor untuk pemeriksaan.
Menurut dia, perbaikan prasarana per keretaapian, seperti jaringan kabel listrik aliran atas (LAA), jalur rel, dan pemasangan tiang LAA yang terdampak peristiwa ini juga terus dilakukan. “Imbasnya, kami melakukan pengurangan perjalanan. Sebagian KRL dialihkan melalui rekayasa pola operasi dengan pemberangkatan dari Stasiun Cilebut, Bojonggede, Citayam, dan Depok,” tuturnya. Pihaknya juga mengimbau para pengguna agar menyesuaikan waktu dan stasiun pemberangkatan yang akan dituju. “PT KCI mengimbau bagi para pengguna yang tetap akan menggunakan jasa layanan KRL untuk memperhatikan keselamatan dengan tidak memaksakan diri naik KRL yang sudah penuh serta selalu memperhatikan imbauan dan informasi dari petugas,” kata Eva.
Senior Manager Humas Daop 1 Jakarta PT KAI, Edy Kuswoyo menegaskan, sebanyak 200 personel diturunkan untuk memperbaiki LAA yang rusak di kawasan Kebon Pedes, Bogor. Perbaikan dilakukan sejak pagi hari. Tiang-tiang listrik yang patah telah diganti. Dengan demikian, perjalanan kereta api bisa kembali normal. “Selain LAA, kami juga awasi rel yang ambles,” kata Edy. Dari hasil pendataan, tercatat ada sejumlah jalur kereta api tujuan Merak yang rawan ambles, banjir, dan longsor, yakni Stasiun Tigaraksa, Stasiun Citeras, dan Stasiun Rangkasbitung. “Kontur tanah yang labil membuat kawasan itu terancam longsor. Jalur-jalur itu kini dalam monitoring PT KAI,” ujarnya.
Sementara itu, untuk jalur rawan banjir ada empat titik, yakni kawasan Merak, Ancol, Jatinegara, dan Cikampek. Saluran air yang buruk membuat beberapa rel kerap tergenang. Bila itu terjadi, Edi mengaku pihaknya terpaksa mematikan operasional kereta. Sedangkan jalur kereta rawan longsor berada di wilayah Cikeusal, Jambu Baru, Cilejet-Rawabuntu, Citayam, Cilebut-Bogor, dan Bogor- Sukabumi. “Saat ini kami memantau terus beberapa jalur itu,” tuturnya. Pantauan KORAN SINDO di Stasiun Bogor sejak pagi hingga pukul 13.00 WIB, kemarin, jumlah penumpang kereta di stasiun itu sangat sepi tidak seperti biasanya.
Biasanya para penumpang berjubel dan mengantre di gerbang elektronik mau pun di mesin loket tiket. Petugas Pelayanan Kereta (PPK) Commuterline 5017 tujuan Tanah Abang-Bogor, Ilyas mengatakan, kondisinya sepi di Stasiun Bogor sejak pukul 05.00WIB, karena banyak penumpang beralih ke moda transportasi lain. Sebab kalau naik commuterline dari Stasiun Bogor, jadwal kedatangan dan ke berangkatan tak menentu.
“Sebab jalur rel yang bisa di - gunakan, pascakejadian kemarin cuma satu yang berfungsi, karena harus bergantian dengan KRL dari Stasiun Cilebut sehingga kereta yang biasanya dari Stasiun Bogor 15 menit sekali berangkat. Sekarang bisa lebih dari 30 menit sekali,” katanya di Stasiun Bogor.
(Yan Yusuf/Haryudi)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)