Data Pertumbuhan Ekonomi Jadi Sentimen Penguat IHSG

Koran SINDO, Jurnalis
Senin 06 Mei 2019 08:37 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (Ilustrasi: Shutterstock)
Share :

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini menunjukkan perubahan sebesar 1,28% ke level 6.319,46 dari 6.401,08 pada penutupan pekan lalu.

Awal pekan kedua bulan kelima, pergerakkan IHSG masih terlihat terkonsolidasi dalam rentang yang wajar. “Namun, peluang IHSG untuk segera kembali mencetak rekor tertingginya masih terbuka lebar,” kata Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya di Jakarta.

Hal ini tentu ditunjang oleh stabilnya kondisi perekonomian dalam negeri serta rilis kinerja emiten sepanjang kuartal pertama 2019 yang memberikan hasil cukup baik. Selain itu, jelang rilis data perekonomian pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kepercayaan konsumen, juga turut mewarnai pola gerak IHSG dalam beberapa waktu mendatang.

Baca Juga: IHSG Ditutup Anjlok ke 6.319

“Hari ini IHSG berpotensi menguat,” ungkap dia. Adapun saham yang direkomen dasikan Indosurya Sekuritas di antaranya HMSP, SMRA, dan CTRA. Analis Binaartha Parama Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menuturkan, berdasarkan daily pivot dari Bloomberg, support pertama maupun kedua memiliki range di level 6.264,599 hingga 6.209,740.

Sementara resistance pertama maupun kedua memiliki range level 6.370,969 hingga 6.422,480. Berdasarkan indikator, Moving Average Convergence Divergence (MACD) masih berada di area negatif.

Sementara terlihat bahwa Stochastic dan Relative Strength Index (RSI) ber gerak menurun menuju ke area oversold. Meski demikian, terlihat pola hammer candle yang mengindikasikan adanya potensi rebound pada pergerakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke area resistance.

Kepala Makro Ekonomi dan Direk tur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management (BTIM) Budi Hikmat menuturkan, ada peluang Bank Indonesia (BI) akan melonggarkan liku i di tas termasuk melalui penurunan suku bunga bila The Fed memang tidak lagi menaikkan bunga.

Selain itu, alokasi arus modal asing di pasar surat berharga negara (SBN) diperkirakan akan lebih besar ketimbang pasar modal. “Investor asing memanfaatkan imbal hasil SBN yang masih relatif tinggi sejalan dengan penurunan yield T-Bond dan peluang penguatan rupiah hingga akhir tahun,” ujar Bu di.

Apalagi risiko kelebihan penawaran SBN relatif terbatas, mengingat pemerintah lebih awal menerbitkan (frontloading) jelang akhir tahun lalu. Menurut dia, semarak pada pasar SBN menjadi semacam prasyarat peluang kenaikan di pasar saham yang juga menunggu penguatan daya beli.

Budi pun memproyeksikan, imbal hasil saham selama tahun 2019 sejalan dengan pertumbuhan laba perusahaan sebesar 10-12% sehingga IHSG berpeluang ditutup di level 6.800-6.900 pada akhir tahun.

Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono mengatakan, pada pekan kemarin data rata-rata perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami peningkatan. Paling tinggi terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian BEI yang mengalami peningkatan di atas 100%, yaitu sebesar 149,89% menjadi Rp22,79 triliun dari Rp9,12 triliun pada pekan sebelumnya.

Hal ini dipicu dengan adanya transaksi beli atas saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) senilai Rp49,62 triliun dalam penggabungan usaha dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) pada Senin (29/4).

Sedangkan untuk rata-rata frekuensi transaksi harian BEI selama sepekan mengalami peningkatan sebesar 6,35% menjadi 436.890 kali transaksi dari 410.800 kali transaksi pada pekan lalu.

Kemudian rata-rata volume transaksi harian juga mengalami peningkatan sebesar 13,30% menjadi 15,84 miliar unit saham dari 13,98 miliar unit saham pada pekan sebelumnya. “Senada dengan IHSG, nilai kapitalisasi pasar juga mengalami perubahan sebesar 1,28% menjadi Rp7.188,18 triliun dari Rp7.281,12 triliun pada penutupan pekan lalu,” ungkap dia.

Sepanjang 2019, investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp64,082 triliun dan investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp967,46 miliar. Adapun total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2019 adalah 30 emisi dari 21 Perusahaan Tercatat senilai Rp30,84 triliun.

Dengan pencatatan ini, maka total emisi obligasi dan sukuk tercatat di BEI se panjang masa berjumlah 401 emisi dengan nilai nominal outstanding Rp424,92 triliun dan USD47,5 juta di terbitkan oleh 117 Perusahaan Tercatat. Sementara Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 100 seri dengan nilai nominal Rp2.504,01 triliun dan USD400 juta.

(Kunthi Fahmar Sandy)

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya