JAKARTA - Harga minyak naik hingga 15% pada perdagangan Senin waktu setempat, dengan Brent mencatat lompatan terbesar lebih dari 30 tahun di tengah rekor volume perdagangan. Hal ini setelah serangan terhadap fasilitas minyak mentah Arab Saudi, memotong produksi minyak.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kenaikan harga minyak hingga 15% merupakan sesuatu yang biasa. Karena pergerakan harga minyak akan terus terjadi.
Baca juga: Usai Serangan Houthi, Arab Saudi Upayakan Pulihkan Produksi Minyak
“Ya itu masuk akal saja harga naik tapi ya kan tunggu dibetulkan, jangan nanya naiknya segitu. Namanya dunia,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (17/9/2019).
Saat ditanya mengenai dampaknya ke perekonomian, Darmin menyebut tergantung dari berapa lama kenaikan tersebut terjadi. Lagipula, pemerintah juga tidak terlalu memuskingkan mengenai kenaikan harga minyak ini.
Baca juga: Harga Minyak Meroket 15% Usai Fasilitas Minyak Arab Saudi Diserang
Pasalnya kondisi seperti ini hanya bersifat sementara. Bahkan bisa saja dalam beberapa hari kedepan tiba-tiba harga minyak justru jatuh.
“Itu tergantung berapa lama itu selesainya. Ya namanya dunia ada insiden kaya gitu ya,jangan terlalu dinilah (dipusingkan),” ucapnya
Baca juga: Harga Minyak Jatuh Usai Keputusan Bank Sentral Eropa
Lagipula lanjut Darmin, stok minyak dunia masih banyak. Lain cerita jika minyak dunia habis, tentunya hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap ekonomi.
“Kecuali kebakaran habis nggak bisa dibetulin lagi baru pusing kita. Tapi itu akan ada dampaknya,” ucapnya.
(Fakhri Rezy)