JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan sepanjang 2020, defisit transaksi berjalan diprakirakan sekitar 0,5% dari PDB. Sementara itu, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik kembali berlanjut.
"Hal ini tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflow sebesar USD2,1 miliar pada triwulan IV-2020, berbalik arah dari triwulan sebelumnya yang mencatat net outflow 1,7 miliar dolar AS," kata Perry secara virtual di Jakarta, Kamis (21/1/2021).
Baca Juga: Aliran Modal Asing Masuk ke Indonesia Meningkat Jadi Rp3,86 Triliun Pekan Ini
Adapun memasuki awal tahun 2021, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik ini terus berlanjut dan mencapai USD5,1 miliar dolar AS per 19 Januari 2021, termasuk penerbitan obligasi global oleh pemerintah.
Dengan perkembangan ini, sambung Perry, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2020 tetap tinggi, yakni USD135,9 miliar.
Baca Juga: Dana Asing Banjiri Indonesia hingga USD2,54 Miliar
"Ini setara pembiayaan 10,2 bulan impor atau 9,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," ucapnya.
Ke depan, defisit transaksi berjalan diprakirakan sekitar 1,0%-2,0% dari PDB pada tahun 2021, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan tetap di 3,75%. Hal ini menjadi keputusan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Sedangkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%Gubenur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini mempertimbangkan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
"Berdasarkan assment menyekuruh secara keseluruhan Rapat Dewan Gubernur BI pada tanggal 20 sampai 21 Januari memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 3,75%. Keputusan ini mempertimbangkan perlunya stabilitas nilai tukar rupiah dan akselerasi ekonomi," kata Perry.
(Feby Novalius)