Menurut Mulyanto, jika harga Pertalite naik, dapat mendorong kenaikan harga barang-barang yang lain, memicu inflasi, dan membuat daya beli masyarakat yang sudah lemah karena pandemi, akan semakin lemah.
"Penerimaan dari ekspor batubara, CPO, tembaga, nikel dan lain-lain, semoga cukup untuk menahan kenaikan dari impor BBM tersebut,” ujar nya.
Mulyanto mendukung bila pemasaran Pertalite diperluas, menjangkau seluruh kawasan di tanah air. Apalagi, Pertamina memiliki SPBU lebih dari 6.000 unit.
Sebelumnya, Deputi III Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Montty Girianna, dalam diskusi virtual menyebutkan harga Pertalite dalam waktu lima hingga enam bulan tidak akan naik kendati harga jual Pertalite saat ini lebih rendah jika dibandingkan nilai keekonomiannya.
Kebijakan menahan harga jual Pertalite merupakan bentuk kepedulian pemerintah dan Pertamina dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih tertekan akibat kenaikan harga-harga dan kelangkaan beberapa komoditas kebutuhan pokok.
Pada awal Maret 2022, harga sejumlah jenis BBM yang dijual di SPBU Pertamina yakni Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex mengalami penyesuaian harga mengikuti naiknya harga minyak mentah dunia. Namun, harga Pertalite dan Pertamax masih tetap, yaitu masing-masing Rp 7.650 per liter dan Rp9.000 per liter.