JAKARTA - Jumlah pesawat terbang di Indonesia mencapai 400 armada. Jumlah ini sedikit jika dibandingkan jumlah pesawat terbang di Amerika Serikat sebanyak 2.000 armada.
Padahal, Amerika bukan negara kepulauan seperti Indonesia. Namun, mayoritas industri penerbangan setempat difokuskan pada penerbangan domestik.
"Kita bandingkan dengan Amerika Serikat jumlah penduduknya mirip, ekonominya lebih besar. Tapi kita akan tumbuh di 2045 sampai jadi ekonomi nomor 4 terbesar di dunia, jumlah pesawat di AS ada berapa? 2.000, artinya AS membangun domestik flight nya, Indonesia nggak, Amerika satu pulau, kita kepulauan," kata Erick, Kamis (28/4/2022).
Tak hanya Amerika, lanjut Erick, banyak industri pernebangan global yang fokus pada penerbangan domestik. Langkah ini pun harus diikuti oleh maskapai penerbangan pelat merah, salah satunya Pelita Air Service (PAS).
"Karena ini bagian dari kita membangkitkan ekonomi kita secara menyeluruh, tidak parsial. Ini ekosistem yang besar, tentu itu yang saya titipkan. Jadi insya Allah mudah-mudahan ini menjadi paradigma baru untuk bangkitnya industri penerbangan di Indonesia," ungkap Erick.
Dirinya pun memfokuskan Pelita Air pada penerbangan domestik saja. Dia melarang adanya perizinan PAS untuk masuk dalam penerbangan internasional.
Baca Juga: Harga Tiket Pesawat Mahal, Erick Thohir: Kita Tidak Mau Dimonopoli
Meski mengakui keberadaan PAS di industri bisnis penerbangan komersial di Tanah Air, Erick meminta agar Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan pihak terkait tidak memberikan perizinan kepada maskapai milik PT Pertamina (Persero) ini untuk mengudara di negara lain.
"Pelita akan menjadi salah satu tulang punggung domestik flight, bukan internasional, untuk domestik, ini di catatan ya, kalau ada izin internasional jangan dikeluarin," tutur dia.
Erick mencatat 72 persen industri pariwisata berasal dari wisatawan dalam negeri. Sementara, 28 persen lainnya berasal dari wisatawan mancanegara. Karena itu, ekosistem penerbangan domestik diminta diperkuat.