Hasran menambahkan, relaksasi hambatan perdagangan beras perlu dilakukan untuk memenuhi konsumsi beras nasional yang terus meningkat. Terlepas dari klaim bahwa pasokan beras Indonesia berlimpah dan dapat diakses dengan harga terjangkau, masyarakat Indonesia masih berjuang dengan harga beras yang tinggi.
Kemudian, dia juga mengatakan bahwa kuota impor memang perlu diterapkan demi menjaga nilai tukar petani dan juga menjaga volatilitas harga.
Namun jika harga beras di dalam negeri sudah tinggi, mengimpor beras yang lebih murah seharusnya dapat menjadi opsi dalam menstabilkan harga.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk pada 2022 diperkirakan sekitar 32,07 juta ton, mengalami peningkatan sebanyak 718,03 ribu ton atau 2,29% dibandingkan produksi beras di 2021.
Konsumsi beras penduduk diperkirakan sebesar 30.90 juta ton. Namun pasokan tidak merata sepanjang tahun.
Meski sudah tidak lagi mengimpor beras untuk konsumsi dalam beberapa tahun terakhir ini, Indonesia masih mengimpor beras untuk keperluan industri.
Mengutip data BPS, Indonesia mengimpor 407.741 ton beras pada 2021. Nilai ini naik dari 356.286 ton pada 2020.
(Zuhirna Wulan Dilla)