Alih-alih menyalahkan pandemi, menurut Eko justru penyebabnya berasal dari aspek non pandemi.
Di mana dia mengungkapkan itu karena masalah geopolitik yang masih terjadi karena perang Rusia-Ukraina.
"Masalah ekonomi global sebenarnya tidak akan mengurangi secara drastis porsi dari pertumbuhan ekonomi, namun dapat mengurangi permintaan, terutama pada bidang ekspor," jelasnya.
Berkurangnya permintaan pada produk-produk hilir dapat berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi.
”Misalnya taruhlah tekstil atau alas kaki, atau produk-produk lain yang di mana negara-negara maju ini mulai mengurangi karena tekanan inflasi yang tinggi di negara-negara yang menjadi mitra dagang kita,” bebernya.
Menurut Eko, mengatasi inflasi bisa dengan menaikkan suku bunga, walaupun sektor akan sedikit terhambat.
Kini, menurutnya Indonesia sendiri sudah berusaha mengimbangi negara maju.
Dalam kenaikan suku bunga, levelnya memang naik secara ekstrem, tetapi implikasinya tetap, atau bisa diartikan suku bunga.
”Meskipun pertumbuhan kredit itu mungkin bisa sekitar 10%, tetapi biaya untuk meminjamnya itu menjadi lebih mahal karena bunganya lagi naik, sehingga implikasinya juga akan mengarah pada harga-harga produk yang dijual oleh industri,” pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)