JAKARTA - Motor listrik kini menjadi transportasi andalan di Agats, Kabuten Asmat, Papua. Banyak alasan mengapa kendaraan listrik ini menjadi transportasi utama masyarakat di sana.
2006 menjadi awal kemunculan kendaraan listrik di Agats. Di mana seorang warga pendatang asal Sulawesi Selatan, Erna Sabuddin membawa satu unit sepeda motor listrik.
Sepeda motor listrik milik Erna Sabuddin menarik perhatian Bupati Asmat saat itu, Yuvensius Alfonsius Biakai (2005-2015). Yuvensius lalu meminta Erna mendatangkan satu unit lagi ke Agats untuk dijadikan sebagai kendaraan dinas bupati.
Karena bobot sepeda motor listrik relatif lebih ringan daripada sepeda motor konvensional berbahan bakar minyak, Yuvensius menilai sepeda motor listrik cocok dengan Agats yang jalanannya dahulu mayoritas berupa jalan panggung berbahan papan di atas rawa.
Sepeda motor listrik juga lebih cocok dimiliki warga Agats yang kesulitan mengakses BBM karena daerah tempat tinggal mereka lokasinya terpencil dari kota-kota lain di Papua.
Sejak 2007, masyarakat Agats menjadikan sepeda motor listrik sebagai moda transportasi. Demikian dikutip dari BBC Indonesia, Senin (19/6/2023).
Sejumlah merek dari produsen-produsen sepeda motor listrik pun terus memasuki pasaran Agats karena permintaan dari masyarakat meningkat.
Bahkan, saat ini pemerintah setempat mencatat jumlah sepeda motor listrik yang beredar di Agats mencapai tidak kurang dari 4.000 unit (data 2022). Singkat kata, 99% kendaraan di Agats merupakan sepeda motor listrik.
Namun berbeda dengan di Pulau Jawa atau daerah lainnya di Indonesia, sepeda motor listrik di Agats masih dikategorikan sebagai sepeda sehingga para pemiliknya tidak perlu memiliki surat tanda nomor kendaraan (STNK) maupun surat izin mengemudi (SIM).
Warga pemilik sepeda motor listrik hanya diharuskan memiliki pelat tanda telah membayar retribusi kepada pemerintah daerah setempat yang diperbarui setahun sekali.
(Feby Novalius)