Cerita Pria asal Jepang Sukses Jadi Pembuat Tempe dengan Kedelai Lokal

Himayatul Azizah, Jurnalis
Rabu 26 Juli 2023 08:08 WIB
Pria asal Jepang jadi pembuat tempe. (Foto: BBC)
Share :

 

JAKARTA - Seorang pria asal Jepang bernama Taiki Miyazaki sukses menjadi pembuat tempe. Hal itu usai dia berkesempatan tinggal di Yogyakarta.

Dilansir BBC di Jakarta, Rabu (26/7/2023), pria berusia 27 tahun itu membuat tempe sebagai upaya membantu lansia dan melestarikan kedelai lokal daerah tempat tinggalnya.

 BACA JUGA:

Di restoran milik keluarga Taiki Miyazaki ada tempe kari, tempe untuk pasta, hingga tempe goreng dengan baluran tepung atau dikenal dengan sebutan tempe katsu.

Restoran ini bernama Huckleberry di Kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa.

Taiki Miyazaki mengaku dirinya memang sengaja ingin memperkenalkan tempe khas Indonesia yang dimasak dengan menu khas Jepang.

 BACA JUGA:

Untuk bisa mencapai hal itu, dirinya dibantu ibunya, Chieko Miyazaki, dalam meracik tempe menjadi masakan Jepang.

Bahkan, wartawan Indonesia yang bermukim di Jepang berkesempatan mencoba kari Jepang dengan tempe katsu.

Menurut Miyazaki, sejumlah sajian dari tempe itu digemari oleh pengunjung restoran yang vegetarian.

Dia mengatakan para pengunjung tak menyangka ketika diberitahu tempe itu dibuat dari fermentasi kedelai.

"Saya pernah bicara dengan pelanggan dan mereka kaget itu terbuat dari kedelai yang difermentasi, mereka mengatakan rasanya enak," kata Miyazaki.

Dia mengungkapkan mengenal tempe di Indonesia setelah beberapa kali berkunjung dalam kurun waktu 2015-2018.

Pertama kali datang ke Indonesia, dia masih berstatus mahasiswa di Universitas Kokushikan di Setagaya, Tokyo. Kemudian, ia mengikuti program pertukaran pelajar dan berkesempatan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) selama setahun. Di Yogyakarta itulah dia memakan tempe hampir setiap hari.

Dalam program pertukaran pelajar tersebut, dia belajar bagaimana mengatasi beragam masalah sosial di masyarakat.

Sekembalinya di Jepang, dia bergabung dengan sebuah kelompok lokal yang memfokuskan diri untuk menangani masalah sosial dan lingkungan di daerahnya.

 BACA JUGA:

Dia tergerak untuk terlibat dalam upaya melestarikan pangan lokal yang dikenal dengan kedelai tsukui. Jenis kedelai itu karena kalah pamor dengan kedelai impor, sehingga petani mulai enggan menanamnya.

Miyazaki lantas memiliki gagasan untuk membuat tempe dengan kedelai tsukui. Ia lalu kembali ke Indonesia untuk mempelajari cara membuat tempe, salah satunya di Rumah Tempe Indonesia.

Pada 2018, Miyazaki mulai mencoba memproduksi tempe di Jepang. Namun, cuaca di Jepang yang memiliki empat musim membuatnya sulit untuk membuat tempe.

"Kira-kira dua tahun pertama saya gagal terus karena cuaca. Di sini ada empat musim, ada musim gugur, musim panas, musim dingin, musim semi. Dua tahun saya gagal terus tetapi saya uji coba terus," jelasnya.

Kemudian, dia membuat tempat khusus pembuatan tempe yang terletak di belakang restoran. Suhu dan kelembapan di ruangan itu pun diatur.

 BACA JUGA:

"Pembuatan tempe di mana-mana itu sama, tetapi ruangan fermentasinya yang berbeda," paparnya sambil memperlihatkan ruangan tersebut.

Siang itu, dibantu adiknya, Raita Miyazaki, ia membuat sejumlah kemasan tempe untuk stok restoran. Selain untuk stok restoran, tempe-tempe dalam bentuk kemasan kecil dan siap santap juga dipasarkan di sebuah tempat yang menjual produk-produk lokal daerah itu.

Miyazaki juga mulai menanam kedelai tsukui sekitar awal tahun 2020 lalu di lahan yang disewanya. Kini, ia sudah memiliki lahan sendiri untuk menanam kedelai tersebut secara organik.

Menurutnya, kedelai lokal daerahnya memiliki rasa dan bentuk yang khas.

"Kedelai tsukui itu sedikit besar dan (rasanya) sedikit manis jadi hasil tempenya itu sedikit manis. Kedelainya sedikit besar dan rasanya sedikit manis," tambahnya.

Selain ingin melestarikan kedelai lokal, Miyazaki juga memiliki alasan lain di balik produksi tempe, yaitu membantu para orang lanjut usia (lansia) di daerahnya.

Menurutnya, tempe sangat cocok untuk dikonsumsi lansia sebagai protein. Teksturnya yang lembut membuatnya mudah dikunyah dan kedelai yang difermentasi itu mudah dicerna oleh tubuh.

"Ada target saya ingin menyelesaikan masalah sosial dan lingkungan yang ada di daerah saya. Di Jepang kan banyak orang berusia lanjut dan mereka itu kurang (kuat) ototnya jadi mereka kurang bisa beraktivitas dengan baik. Lalu bagaimana caranya supaya sehat, harus banyak makan protein. Tempe itu kan dari kedelai fermentasi ya jadi gampang dicerna oleh tubuh. Jadi orang tua berusia lanjut lebih sehat," tuturnya.

Diketahui, orang Jepang memiliki tingkat harapan hidup yang tinggi. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi pada 2022, jumlah lansia orang berusia 75 tahun ke atas sebanyak 19,3 juta jiwa dan yang berusia 65 tahun ke atas 36,2 juta jiwa.

Namun, niat untuk menawarkan tempe buatannya sebagai asupan protein lansia di fasilitas penitipan lansia terkendala pandemi.

"Selama pandemi itu tidak boleh masuk tempat perawatan lansia. Jadi sekarang itu dibuat seperti ini sudah tempe katsu kemasan. Ini juga sudah dijual dulu di pasaran lokal," ucapnya.

Selama pandemi Miyazaki memasarkan tempe secara online melalui akun mendia sosial. Situasi kembali normal setelah tiga tahun pandemi Covid-19.

Miyazaki mengatakan akan melanjutkan upayanya untuk memperkenalkan produk tempe untuk lansia agar mereka mendapatkan asupan protein yang cukup.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya