BEI Beri Stempel E untuk Saham Indofarma (INAF), Kenapa?

Dinar Fitra Maghiszha, Jurnalis
Jum'at 04 Agustus 2023 12:16 WIB
BEI beri stempel E untuk saham INAF (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi stempel E untuk perusahaan BUMN Farmasi PT Indofarma Tbk (INAF). Saham INAF resmi masuk sebagai anggota papan pemantauan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI).

BEI juga memberikan notasi khusus 'E' terhadap INAF sebagai penanda bagi investor sebelum mengambil keputusan investasi. Kebijakan ini resmi efektif pada Jumat, (4/8/2023).

Laporan keuangan INAF pada semester I-2023 menunjukkan perseroan mengalami defisiensi modal atau ekuitas negatif. Kondisi ini terjadi saat jumlah utang/kewajiban (liabilitas) perseroan lebih besar atau melebihi asetnya.

Hingga 30 Juni 2023, jumlah liabilitas INAF mencapai Rp1,59 triliun, menanjak secara tahunan (yoy) dibandingkan periode sama tahun 2022 senilai Rp1,44 triliun. Sedangkan aset INAF pada paruh pertama mencapai Rp1,55 triliun.

Artinya INAF merealisasikan defisiensi modal senilai Rp33,99 miliar, berbalik dari posisi ekuitas positif pada semester pertama tahun lalu. Performa di pos neraca ini juga memburuk jika dibandingkan posisi ekuitas pada kuartal I-2023 yang positif sebesar Rp24,55 miliar.

Apa sebabnya?

Penyebabnya adalah tumpukan defisit rugi. Diketahui, INAF menanggung defisit rugi senilai Rp736,64 miliar pada semester I-2023, meningkat dari posisi kuartal I-2023 senilai Rp678,09 miliar. Jika dibandingkan secara tahunan (yoy), maka defisit INAF naik 19,52% yoy.

Laporan laba/rugi INAF pada paruh pertama tahu ini menunjukkan realisasi rugi sebesar Rp120,34 miliar, naik 32,66% yoy. Kerugian terjadi seiring penurunan penjualan bersih. Ini mendorong rugi per saham dasar INAF semakin menciut secara tahunan menjadi minus Rp38,83 per saham, dari Rp29,27 per saham.

Membengkaknya rugi dipicu penjualan yang anjlok 36,59% yoy menjadi Rp363,96 miliar, dibandingkan semester satu tahun lalu di angka Rp574,05 miliar. Produk obat etikal (resep) di pasar domestik masih menjadi tulang punggung pemasukan senilai Rp208,54 miliar, disusul fast moving consume goods (FMCG) sebanyak Rp84,76 miliar.

Kontribusi alat kesehatan hingga jasa klinik memberi pemasukan senilai Rp16,94 miliar, sementara vaksin sebesar Rp32,92 miliar, dan over-the-counter Rp6,67 miliar.

Dari sisi pengeluaran, beban produksi ikut tergerus mengikuti penurunan penjualan. Demikian juga ongkos penjualan yang mencapai Rp52,38 miliar. Di sisi lain, gaji dan jaminan sosial (di pos administratif) justru naik secara tahunan (yoy) menjadi Rp44,86 miliar, dari Rp36,68 miliar.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya