JAKARTA - Kenaikan cukai rokok kembali jadi sorotan. Pasalnya kenaikan cukai rokok bisa berdampak terhadap multiplayer effect ekonomi di masyarakat serta bisa meningkatkan munculnya generasi stunting di Indonesia.
Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono mengatakan, Kementerian Keuangan seharusnya dapat mempertimbangkan dampak kenaikan cukai rokok yang mengakibatkan harga rokok naik sangat tinggi dari 2019 ke 2023 sebesar kurang lebih 70% atau sekitar 97 juta rakyat indonesia perokok yang terdampak.
"Ini akan bisa mengganggu perekonomian dan kehidupan di masyarakat, karena 70,5% dari total penduduk laki-laki di Indonesia adalah perokok dan mereka sudah menjadikan rokok sebagai kebutuhan pokok, bahkan ada istilah lebih baik tidak makan daripada tidak merokok karena konsumsi rokok itu bisa sebagai penghilang stres, menurut perokok dan benerapa ahli," katanya, Sabtu (11/11/2023).
Bahkan, Indonesia pernah menjadi negara kunjungan wisata asing terbesar di Dunia pada jaman Kolonial Belanda, penyebab salah satunya adalah wisatawan menikmati produksi rokok Indonesia yang tidak ada di negara lain, sehingga para wisatawan bisa merasa rilex atau segar kembali saat berada di Indonesia.
"Karena para istri perokok menginginkan suaminya tidak stres dipekerjaan, akhirnya mengakibatkan para istri dari perokok akan mengorbankan pendapatan dari suaminya, yang seharusnya untuk kebutuhan rumah tangganya dan kesehatan serta pertumbuhan anak-anaknya terpaksa dialihkan ke rokok untuk suaminya. Sehingga banyak anak - anak yang menjadi korban kenaikan cukai rokok dan menjadi generasi stunting serta gagal tumbuh" Kata pemilik sapaan akrab BHS.
Lebih lanjut kata, buruh pabrik rokok di Indonesia yang jumlahnya sekitar 5,9 juta dan petani tembakau yang berjumlah sekitar 600 ribu akan terpengaruh kehilangan pekerjaan dan ekonomi sekitar kehidupan mereka akan hancur total .
"Kenaikan cukai rokok dan malah seharusnya turunkan. Kita harus melindungi ekonomi Indonesia secara komprehensif, jangan hanya memikirkan sub sektor saja, pikirlah untuk keberhasilan dan kepentingan bangsa Indonesia secara luas," ujarnya.
(Feby Novalius)